BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penelitian merupakan
kegiatan ilmiah yang didasarkan pada suatu masalah yang memerlukan solusi yang
tepat. Dalam kehidupan selalu ada masalah, baik masalah pribadi, keluarga,
masyarakat dan negara. Dari semua masalah tersebut, tidak semua masalah yang
memerlukan solusi dalam bentuk kegiatan penelitian. Perbedaanya adalah pada
kegiatan penyelesaian masalah. Selain masalah, komponen penting yang harus ada
dalam penelitian adalah tujuan penelitian sehingga dapat ditentukan metode yang
tepat untuk penyelesain masalah. Kegiatan penyelesaian masalah yang disebut
penelitian dapat dilakukan secara sistematis dengan mengikuti metodologi,
dikontrol, dan didasarkan teori yang ada serta diperkuat dengan gejala yang ada
(Sukardi, 2004:3).
Secara umum,
penelitian dapat dibedakan dari beberapa aspek, diantaranya aspek tujuan, aspek
metode, aspek kajian. Menurut Gay (dalam Sukardi, 2004:13) Aspek tujuan
terdiri dari penelitian dasar dan lanjut. Aspek metode terdiri atas penelitian
deskriptif, penelitian sejarah, penelitian survei, penelitian ex-postfakto,
penelitian eksperimen, penelitian kuai eksperimen. Sedangkan, aspek kajian
sesuai bidang garapan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penelitian kependidikan
dan penelitian nonkependidikan (Sukardi, 2004:13-16).
Masalah penelitian
dapat dibagi dalam berbagai bidang diantaranya bidang pendidikan, kesehatan,
sosial, ekonomi, dan lain-lain. Salah satu bidang penelitian yang memerlukan
perhatian khusus adalah bidang penelitian pendidikan. Secara umum metode
penyelesaian masalah pada penelitian pendidikan ada dua, yaitu metode
kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif yang yang pengumpulan datanya
berinteraksi langsung dengan objek penelitianya dan hasilnya tidak
diperoleh melalui prosedur statistik. Sedangkan metode kuantitatif, pengumpulan
datanya melalui instrumen penelitian berupa populasi dan sampel serta hasilnya
diperoleh melalui prosedur statistic. Salah satu peneltian yang penting dan
bermanfaat dalam dunia pendidikan adalah penelitian korelasional.
Fenomena yang terjadi
dalam dunia pendidikan terdapat hubungan antarunsur-unsurnya. Seperti hubungan
antara guru dengan siswa, guru dengan materi/kurikulum, materi dengan evaluasi,
dan lain-lain. Hubungan-hubungan tersebut dapat diketahui tingkat korelasinya
secara ilmiah secara statistik melalui metode penelitian korelasional.
1.2 Rumusan
Masalah
Dalam penulisan masalah mengenai Penelitian Korelasional
bila kita tidak menetukan patokan-patokan yang jelas mengenai hal-hal yang akan
kita bahas tentunya kita akan memperoleh kesulitan dalam mengembangkan makalah
ini. Mengingat adanya keterbatasan dalam kemampuan penyusun dan demi terarahnya
penyusunan makalah maka penyusun membatasi permasalahan pada hal-hal:
1.
Apakah
yang dimaksud dengan Penelitian Korelasional ?
2.
Apakah tujuan penelitian korelasional ?
3.
Apakah kelebihan dan kelemahan Penelitian Korelasional ?
4.
Apakah ciri-ciri Penelitian Korelasional ?
5.
Apakah jenis Penelitian Korelasional ?
6.
Bagaimana rancangan Penelitian Korelasional ?
7.
Bagaimana desain dasar Penelitian Korelasional ?
8.
Apakah jenis-jenis teknik Korelasi ?
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas dalam mata kuliah Metodelogi Penelitian. Tujuan dari penulisan makalah
ini adalah :
1.
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan daerah.
2. Untuk mengetahui dan memahami Penelitian Korelasional.
3. Untuk
mengetahui ciri-ciri Penelitian Korelasional.
4.
Untuk
mengetahui cara penyusunan Penelitian Korelasional.
5.
Untuk referensi bagi rekan mahasiswa.
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat
bermanfaat dalam bidang teoretis maupun praktis, antara lain:
1. Manfaat Teoritis:
Sebagai bahan
tambahan untuk meningkatkan pengetahuan dalam mempelajari Metodelogi Penelitian
khususnya Penelitian Korelasional.
2. Manfaat Praktis:
Dapat memberikan
bahan informasi dan menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan mengenai
Penelitian Korelasional.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penelitian Korelasional
Penelitian korelasi
atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat
hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi
variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan
Wallen, 2008:328). Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena
dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat
mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini biasanya
melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi (Mc
Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:25). Penelitian
korelasional menggunakan instrumen untuk menentukan apakah, dan untuk tingkat
apa, terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih yang dapat
dikuantitatifkan.
Menurut Gay dalam
Sukardi (2004:166) penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto
karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan
langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang
direfleksikan dalam koefisien korelasi. Selanjutnya, Fraenkel dan Wallen
(2008:329) menyebutkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi karena
penelitian tersebut merupakan usaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi.
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam
konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel.
Penelitian
korelasional dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya pendidikan, sosial,
maupun ekonomi. Penelitian ini hanya terbatas pada panafsiran hubungan
antarvariabel saja tidak sampai pada hubungan kausalitas, tetapi penelitian ini
dapat dijadikan acuan untuk diajadi penelitian selanjutnya seperti penelitian
eksperimen (Emzir, 2009:38). Menurut Sukardi (2004:166) penelitian korelasi
mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak
menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :
- Penelitian korelasi tepat jika
variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan
mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.
- Memungkinkan variabel diukur
secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata.
- Memungkinkan peneliti
mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.
2.2 Tujuan Penelitian Korelasional
Tujuan penelitian
korelasional menurut Suryabrata (dalam Abidin, 2010) adalah untuk mendeteksi
sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi
pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Sedangkan
menurut Gay dalam Emzir (2009:38) Tujuan penelitian korelasional adalah untuk
menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk
membuat prediksi. Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang
dipercaya berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar
variabel yang ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari
perhatian selanjutnya.
2.3 Ciri-ciri Penelitian
Korelasional
1. Penelitian macam ini cocok dilakukan bila
variabel-variabel yang diteliti rumit dan/atau tak dapat diteliti dengan metode
eksperimental atau tak dapat dimanipulasi.
2. Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa
variabel dan saling hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.
3. Output dari penelitian ini adalah taraf atau
tinggi-rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak adanya saling
hubungan tersebut.
4. Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan
variabel bebas.
2.4 Jenis Penelitian Korelasional
1. Penelitian Hubungan
Penelitian hubungan,
relasional, atau korelasi sederhana (seringkali hanya disebut korelasi saja)
digunakan untuk menyelidiki hubungan antara hasil pengukuran terhadap dua variabel
yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan tingkat atau derajat hubungan antara sepasang variabel (bivariat).
Lebih lanjut, penelitian jenis ini seringkali menjadi bagian dari penelitian
lain, yang dilakukan sebagai awal untuk proses penelitian lain yang kompleks.
Misalnya, dalam penelitian korelasi multivariat yang meneliti hubungan beberapa
variabel secara simultan pada umumnya selalu diawali dengan penelitian hubungan
sederhana untuk melihat bagaimana masing-masing variabel tersebut berhubungan
satu sama lain secara berpasangan.
Dalam penelitian
korelasi sederhana ini hubungan antar variabel tersebut ditunjukkan oleh nilai
koefisien korelasi. Nilai koofisien korelasi merupakn suatu alat
statistik yang digunakan untuk membantu peneliti dalam memahami tingkat
hubungan tersebut. Nilai koefisien bervariasi dari -1,00 sampai +1,00 diperoleh
dengan menggunakan teknik statistik tertentu sesuai dengan karakter dari data
masing-masing variabel.
Pada dasarnya, desain
penelitian hubungan ini cukup sederhana, yakni hanya dengan mengumpulkan skor
dua variabel dari kelompok subjek yang sama dan kemudian menghitung koefisien
korelasinya. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini, pertama-tama
peneliti menentukan sepasang variabel yang akan diselidiki tingkat hubungannya.
Pemilihan kedua variabel tersebut harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil
penelitian yang mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin
berhubungan.
2. Penelitian Prediktif
Dalam pelaksanaan di
bidang pendidikan, banyak situasi yang menghendaki dilakukannya prediksi atau
peramalan. Pada awal tahun ajaran baru, misalnya, setiap sekolah karena
keterbatasan fasilitas, seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang akan
diterima menjadi calon siswa baru.
Penelitian korelasi
jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel atau lebih yang
dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan datang
atau variabel lain (Borg & Gall dalam Abidin, 2010). Penelitian ini sebagaimana
penelitian relasional, melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola
tingkah laku yang kompleks, yakni variabel yang menjadi sasaran prediksi atau
yang diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel lain yang
diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang dipakai untuk
memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat
prediksi antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang
menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.
Perbedaan yang utama
antara penelitian relasional dan penelitian jenis ini terletak pada asumsi yang
mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional,
peneliti berasumsi bahwa hubungan antara kedua variabel terjadi secara dua arah
atau dengan kata lain, ia hanya ingin menyelidiki apakah kedua variabel
mempunyai hubungan, tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel yang muncul lebih
awal dari yang lain. Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam
waktu yang bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, di samping ingin
menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai anggapan
bahwa salah satu variabel muncul lebih dahulu dari yang lain, atau hubungan
satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel
diukur dalam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum
variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.
3. Korelasi Multivariat
Teknik untuk mengukur
dan menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari tiga variabel atau lebih
disebut teknik korelasi multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan,
dua diantaranya yang akan dibahas di sini adalah: regresi ganda atau multiple
regresion dan korelasi kanonik.
Regresi
ganda. Memprediksi suatu fenomena yang
kompleks hanya dengan menggunakan satu faktor (variabel prediktor) seringkali
hanya memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak hal, semakin banyak
informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi yang dapat dibuat (Mc Millan
& Schumaker dalam Abidin, 2010), yakni dengan menggunakan kombinasi dua
atau lebih variabel prediktor, prediksi terhadap variabel kriteria akan lebih
akurat dibanding dengan hanya menggunakan masing-masing variabel prediktor
secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, penambahan jumlah prediktor akan
meningkatkan akurasi prediksi kriteria.
Korelasi
kanonik. Pada dasarnya teknik ini sama
dengan regresi ganda, dimana beberapa variabel dikombinasikan untuk memprediksi
variabel kriteria. Akan tetapi, tidak seperti regresi ganda yang hanya
melibatkan satu variabel kriteria, korelasi kanonik melibatkan lebih dari satu
variabel kriteria. Korelasi ini berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana
serangkaian variabel prediktor memprediksi serangkai variabel kriteria? Dengan
demikian, korelasi kanonik ini dapat dianggap sebagai perluasan dari regresi
ganda,dan sebaliknya, regresi berganda dapat dianggap sebagai bagian dari
korelasi kanonik (Pedhazur dalam Abidin, 2010). Seringkali korelasi ini
digunakan dalam penelitian eksplorasi yang bertujuan untuk meentukan apakah
sejumlah variabel mempunyai hubungan satu sama lain yang serupa atau berbeda.
2.5 Rancangan Penelitian Korelasional
Penelitian
korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan. Shaughnessy dan Zechmeinter
(dalam Emzir, 2009:48-51), yaitu:
1. Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian
korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel
diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah. Tingkat hubungan
(bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam angka antar -1,00 dan
+1,00, yang dinamakan koefisien korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan
tidak ada hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00,
merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem (Emzir, 2009:48).
Arah hubungan
diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti bahwa
semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel
lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi
skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau
sebaliknya (Emzir, 2009:48).
2. Regresi dan Prediksi
Jika terdapat
korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel,
skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa
baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi
baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik.
3. Regresi Jamak (Multiple Regresion)
Regresi jamak
merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan beberapa
variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan
kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan
disebut variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita gunakan
untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut variabel
prediktor (predictor variables).
4. Analisis Faktor
Prosedur statistik
ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel
dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu
faktor penting yang umum.
Analisis faktor
adalah alat analisis statistik yang dipergunakan untuk mereduksi faktor-faktor
yang mempengaruhi suatu variabel menjadi beberapa set indikator saja, tanpa
kehilangan informasi yang berarti, hingga sejumlah faktor tersebut mampu
menjelaskan sebesar mungkin keragaman data yang dijelaskan oleh variabel
asal. Sebagai ilustrasi, terdapat 50 indikator yang diidentifikasi mempunyai
pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Dengan analisis faktor, ke-50
indikator tersebut akan dikelompokkan menjadi beberapa sub set indikator yang
sejenis. Masing-masing kelompok sub set tersebut kemudian diberi nama sesuai
dengan indikator yang mengelompok. Pengelompokan berdasarkan kedekatan korelasi
antar masing-masing indikator dan penentuan banyaknya sub set, biasanya diambil
di atas.
Analisis faktor
digunakan untuk penelitian awal di mana faktor-faktor yang mempengaruhi suatu
variabel belum diidentifikasikan secara baik (explanatory research). Selain
itu, analisis faktor juga dapat digunakan untuk menguji validitas suatu
rangkaian kuesioner. Sebagai gambaran, jika suatu indikator tidak mengelompok
kepada variabelnya, tetapi malah mengelompok ke variabel yang lain, berarti
indikator tersebut tidak valid.
5. Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik
kesimpulan kausal
Terdapat dua
rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang
sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut adalah
rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel
lintas-akhir (cross-lagged panel design).
Analisis jalur
digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu
variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan desain panel lintas akhir mengukur
dua variabel pada dua titik sekaligus.
6. Analisis sistem (System Analysis)
Desain ini melibatkan
penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk menentukan proses
dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik serta unsur dan
aliran hubungan.
2.6 Desain Dasar Penelitian Korelasional
Pada dasarnya
penelitian korelasioanal melibatkan perhitungan korelasi antara variabel yang
komplek (variabel kriteria) dengan variabel lain yang dianggap mempuyai
hubungan (variabel prediktor). Langkah-langkah tesebut penelitian ini antara
lain secara umum menurut Mc Milan dan Schumaker (2003), yaitu penentuan masalah,
peninjauan masalah atau studi pustaka, pertanyaan penelitian atau hipotesis,
rancangan penelitian dan metodologi penelitian, pengumpulan data, dan
analisis data, simpulan.
1. Penentuan masalah
Dewey (dalam
Syamsuddin dan Vismaia, 2009:42) menyatakan masalah dalam penelitian merupakan
kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada atau sesuatu yang
dijadikan target yang telah ditetapkan oleh peneliti, tetapi target tersebut
tidak tercapai. Disetiap penelitian langkah awal yang harus dilakukan peneliti
adalah menentukan masalah penelitian yang akan menjadi fokus studinya.
Ciri-ciri permasalahan yang layak diteliti adalah yang dapat diteliti (researchable),
mempunyai kontribusi atau kebermanafaatan bagi banyak pihak, dapat didukung
oleh data empiris serta sesuai kemampuan dan keinginan peneliti (Sukardi,
2004:27-28). Dalam penelitian korelasional, masalah yang dipilih harus
mempunyai nilai yang berarti dalam pola perilaku fenomena yang kompleks yang
memerlukan pemahaman. Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam penelitian
harus didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis maupun nalar, bahwa
variabel tersebut mempunyai hubungan tertentu. Hal ini biasanya dapat diperoleh
berdasarkan hasil penelitian sebelumnya.
2. Peninjauan Masalah atau Studi Kepustakaan
Setelah penentuan
masalah, kegiatan penelitian yang penting adalah studi kepustakaan yang menjadi
dasar pijakan untuk memperoleh landasan teori, kerangka pikir dan penentuan
dugaan sementara sehingga peneliti dapat mengerti, mengalokasikan,
mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya. Macam-macam
sumber untuk memperoleh teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
adalah dari jurnal, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surat kabar, buku
yang relevan, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah dan narasumber.
3. Rancangan penelitian atau Metodologi Penelitian
Pada tahap ini
peneliti menentukan subjek penelitian yang akan dipilih dan menentukan cara
pengolahan datanya. Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat
diukur dalam variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian. Subyek tersebut
harus relatif homogen dalam faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang
mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat. Bila subyek yang dilibatkan
mempunyai perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi antar
variabel yang diteliti menjadi kabur. Untuk mengurangi heterogenitas tersebut,
peneliti dapat mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa kelompok berdasarkan
tingkat faktor tertentu kemudian menguji hubungan antar variabel penelitian
untuk masing-masing kelompok.
4. Pengumpulan data
Berbagai jenis
instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data masing-masing
variabel, seperti angket, tes, pedoman interview dan pedoman observasi,
tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Data yang dikumpulkan dengan
instrumen-instrumen tersebut harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian
korelasional, pengukuran variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif
sama. Sedang dalam penelitian prediktif, variabel prediktor harus diukur selang
beberapa waktu sebelum variabel kriteria terjadi. Jika tidak demikian, maka
prediksi terhadap kriteria tersebut tidak ada artinya.
5. Analisis data dan Interpretasi
Pada dasarnya,
analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara mengkorelasikan
hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran variabel lain. Dalam
penelitian korelasional, teknik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis datanya,
digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara variabel yang satu dengan
yang lain. Sedang dalam penelitian prediktif, teknik yang digunakan adalah
analisis regresi untuk mengetahui tingkat kemampuan prediktif variabel
prediktor terhadap variabel kriteria. Namun demikian, dapat pula digunakan
analisis korelasi biasa bila hanya melibatkan dua variabel. Bila melibatkan
lebih dari dua variabel, misalnya untuk menentukan apakah dua variabel
prediktor atau lebih dapat digunakan untuk memprediksi variabel kriteria lebih
baik dari bila digunakan secara sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda,
multiple regresion atau analisis kanonik dapat digunakan. Hasil
analisis tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi
atau koefisien regresi serta tingkat signifikansinya, disamping proporsi
variansi yang disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Interpretasi data
pada penelitian korelasional adalah bila dua variabel hubungkan maka akan
menghasil koefisen korelasi dengan simbol (r). Hubungan variabel
tersebut dinyatakan dengan nilai dari -1 samapai +1. Nilai (-) menunjukan
korelasi negatif yang variabelnya saling bertolak belakang dan nilai (+)
menunjukkan korelasi positif yang variabelnya saling mendekati ke arah yang
sama (Syamsudin dan Vismaia, 2009:25).
Jika ada hubungan antara 2 variabel, berarti skor
dalam 2 variabel mempunyai asosiasi dengan variabel tertentu yang terukur.
Harga r =-1 atau +1 menunjukkan asosiasi sempurna diantara 2 variabel,
sedangkan harga r = 0 mempunyai arti bahwa dua variabel tersebut
tidak memiliki hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya.
(Cohen dan Manion,1981:128) dalam Sukardi (2008:170)
menunjukkan harga r (hubungan) sebagai berikut:
a.
Nilai r = 0,20-0,35 menunjukkan hubungan dua
variabel lemah walaupun signifikan.
b.
Nilai r = 0,35-0,65 menunjukkan hubungan
sedang, umumnya signifikan pada lebih dari 1%, hubungan tersebut berguna untuk
analisis prediksi
c.
Nilai r = 0,65-0,85 menunjukkan hubungan cukup
tinggi yang memungkinkan peneliti melakukan prediksi yang tepat
d.
Nilai r = >0,85 menunjukkan hubungan
antarvariabel tinggi, dan peneliti dianjurkan melakukan prediksi grup secara
tepat. Di samping itu, prediksi individual juga dapat dilakukan secara cermat.
Hubungan variabel yang lemah mungkin tidak memberikan
rekomendasi untuk dilanjutkan, tetapi untuk variabel yang kuat misalnya r>0,80,
peneliti dianjurkan untuk melakukan analisis prediksi hubungan sebab-akibat (causal
comparative study) atau bahkan ke studi eksperimen untuk dapat mendapatkan
kepastian apakah hubungan tersebut memiliki sebab akibat.
2.7 Teknik Korelasi
Ada beberapa jenis teknik korelasi yang bisa
digunakan.
1. Korelasi Product – Moment
Ada
3 unsur yang digunakan untuk menentukan koefisien korelasi ini, yaitu:
Dari
ketiga rumus diatas akan didapat koefisien korelasi (r) lalu
diinterpretasikan. Untuk interpretasi dapat dilihat tabel berikut
Besarnya r
|
Interpretasi
|
0,800<r<1
0,600<r<0,600
0,400<r<0,600
0,200<r<0,400
0,000<r<0,200
|
Tinggi
Cukup
Agak Rendah
Rendah
Sangat Rendah
|
Apabila diperoleh
angka negatif, berarti kelasnya negatif, ini menunjukkan kebalikan urutan
indeks korelasi tidak pernah lebih dari 1 (satu).
2. Korelasi Tata Jenjang
Korelasi tata jenjang digunakan untuk menentukan
hubungan atau dua gejala yang kedua-duanya merupakan gejala ordinal atau tata jenjang.
3. The Widespread Biserial Correlation
Sering terjadi dalam penelitian yang membutuhkan
pengamatan seperti cenderung memberikan nilai rata-ratadari pada menilai sangat
baik atau sangat buruk.
4. Poin Biserial Correlation
Digunakan apabila kita hendak mengetahui korelasi
antara dua variabel, yang atu variabel kontinum, sedang yang lain variabel
deskrit murni. Hasil perhitungan dengan korelasi biserial dapat dikonsultasikan ke tabel r
hasil korelasi produk moment.
5. Korelasi Tetrachoric
Digunakan untuk mencari korelasi
dua variabel deskrit buatan. Mula-mula datanya merupakan data kontenum yang
sebenarnya dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:
a. Subjek yang menguasai materi
b. Subjek yang tidak menuasai materi
6. Phi Coeficient
Koeficient Phi (π) yang menghasilkan Koeficient Phi digunakan untuk mencari hubungan
dua variabel diskrit dan diutamakan diskrit murni bila variabel deskrit dan
merupakan variabel diskrit, maka diubah dulu menjadi variabel diskrit Korelasi
Phi sering digunakan untuk menentukan validitas item variabel pertama
adalah benar atau salahnya subjek dalam menjawab item, sedangkan variabel kedua
adalah skor total yang dibuat dikotomi.
Cara mengubah skor total menjadi
dikatomi dapat menggunakan mean atau median. Jika menggunakan mean sebagai
nilai pemisah subjek maka ada kemungkinan banyaknya subjek pada dua kelompok
bisa tidak sama bila menggunakan mean sebagai nilai pemisah subjek maka banyak
subjek untuk kedua kelompok sama.
a. Kelompok yang tidak sama jumlah subjeknya
b. Kelompok yang sama jumlah subjeknya
7. Contingen Coeficient (Koefisien Kontingensi)
Koefisien Kontingensi digunakan bila variabel yang
dikorelasikan berbentuk kategori (gejala ordinal) bila datanya bergaris
diskrit, maka aelain menggunakan koefisient phi atau tetra korik. Tetapi
bila variabelnya diklasifikasikan menjadi lebih dari dua maka koefisient phi
atau tetra korik tidak dapat digunakan.
Contingency (C) sangat
erat kaitannya dengan Ch – kuadrat dan dihitung dengan Chi kuadrat
maka C dapat dengan mudah diketahui. Rumus menghitung Chi kuadrat
adalah:
2.8 Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional
Penelitian
korelasional mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain: kemampuannya untuk
menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama
(simultan); dan Penelitian korelasional juga dapat memberikan informasi
tentang derajat (kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti
(Abidin, 2010). Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan penelitian ini
adalah penelitian ini berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan
bidang pendidikan, ekonomi, sosial. Dengan penelitian ini juga memungkinkan
untuk menyelidiki beberapa variabel untuk diselidiki secara intensif dan
penelitian ini dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang
besar.
Sedangkan, kelemahan
penelitian korelasional, antara lain: Hasilnya cuma mengidentifikasi apa
sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat
kausal; Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian
korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap
variabel-variabel bebas; Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur;
ering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu
memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi
yang berguna atau bermakna. (Abidin, 2010).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penelitian korelasi mencakup kegiatan pengumpulan data
guna menentukan adakah hubungan antarvariabel dalam subjek atau objek yang
menjadi perhatian untuk diteliti. Adanya korelasi antara dua variabel atau
lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab akibat dari suatu
variabel terhadap variabel lainnya. Meskipun dari kenyataan ada hubungan yang
erat antara dua variabel, seseorang tidak dapat menyimpulkan bahwa variabel
yang satu adalah penyebab dari variabel yang lain. Hal ini disebabkan mungkin
ada faktor ketiga yang mempengaruhi variabel pertama, variabel kedua, atau
mungkin mempengaruh kedua-duanya. Dengan mengabaikan ada atau tidaknya suatu
hubungan sebab akibat, adanya hubungan yang erat memungkinkan kita untuk
membuat prakiraan.
3.2 Saran
Saran yang perlu kami sampaikan kepada pembaca adalah
hendaknya sebelum melakukan penelitian perlu mengetahui dan memahami
prinsip-prinsip dari jenis penelitian korelasional. Hal ini berguna agar jenis
penelitian yang digunakan tepat sasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
S. 2006. Prosedur penelitian (Suatu
Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.
Suryabrata,
S. 2005. Metodologi penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Syamsuddin
A.R & Damaianti V.S (2011) Metode
Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung : Rosda