Judul
: Laskar Pelangi
Penulis
: Andrea Hirata
Penerbit
: PT Bentang Pustaka
Halaman
: 533 Halaman
Terbit
: Cetakan III, Juli 2007
Unsur
Intrinsik Novel Laskar Pelangi
1.
Tema
Tema utama dalam novel “Laskar
Pelangi” ini adalah pendidikan. Namun uniknya tema pendidikan ini diselingi
oleh kisah persahabatan yang erat antara anggota “Laskar Pelangi’’. Tema
pendidikan ini sendiri dipadukan dengan tema ekonomi. Namun tema pendidikan lah
yang lebih menonjol.
2.
Alur
a. Pengenalan Situasi
Cerita
Cerita
diawali dengan dibukanya penerimaan murid baru di SD Muhammadiyah yang ada di
Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan. Sebuah
daerah yang kaya akan sumber daya alamnya yaitu timah. Belitong merupakan
daerah yang menjadi tempat penambangan timah terbesar dan menghasilkan banyak
sekali keuntungan. Meski pun begitu, kehidupan di sana seperti terpetak-petak
antara yang kaya dan yang miskin.
b. Menuju Adanya
Konflik
Dalam
novel “Laskar Pelangi” ini, banyak sekali bermunculan masalah-masalah atau konflik-konflik.
Namun konflik awal yang pertama muncul adalah saat suasana mulai tegang karena
ternyata pendaftar tidak mencukupi batas minimal siswa yang disyaratkan oleh
Depdikbud Sumsel. Apabila calon siswa yang mendaftar kurang dari sepuluh anak,
maka SD Muhammadiyah harus ditutup.
c. Puncak Konflik
Puncak
konfliknya ialah setelah ditunggu hingga siang, ternyata jumlah pendaftar tidak
lebih dari sembilan orang. Jumlah ini tentu saja belum mencukupi persyaratan
Depdikbud. Hal ini tentu saja sangat mencemaskan Pak Harfan sang kepala sekolah
dan Bu Muslimah sang guru. Sampai pada akhirnya Pak Harfan memutuskan untuk
memberikan pidato sekaligus mengumumkan bahwa penerimaan siswa baru dibatalkan.
Selanjutnya konflik-konflik lain bermunculan dari masing-masing tokoh. Namun
konflik selanjutnya yang secara garis besar melibatkan hampir semua tokoh ialah
saat akan diadakannya lomba karnaval dan cerdas cermat antar sekolah.
d. Penyelesaian
Sesaat
hampir saja Pak Harfan memulai pidatonya untuk memberitahuakan bahwa penerimaan
siswa baru di SD Muhammadiyah dibatalkan, seorang ibu muncul untuk
mendaftarkan anaknya (Harun) yang mengidap keterbelakangan mental. Tentu saja
kedatangan Harun dan ibunya ini memberikan napas lega kepada Pak Harfan, Bu
Muslimah dan juga para calon siswa serta orang tuanya. Harun telah menggenapi
jumlah siswa untuk menghindarkan SD Muhammadiyah dari penutupan. Sekolah yang
jika malam dipakai sebagai kandang ternak ini akhirnya memulai kegiatan
belajar-mengajar meski dengan fasilitas yang seadanya. Tiba saatnya mengikuti
karnaval antar sekolah. Keikutsertaan SD Muhammadiyah sempat diperdebatkan
karena ketidakadaan dana dan sikap pesimistis yang muncul. Namun, Bu Muslimah
bersikeras mengikutkan murid-muridnya. Karena nilai keseniannya paling tinggi dan
dianggap sebagai murid yang kreatif, Mahar pun ditunjuk sebagai ketua untuk
mengurusi persiapan karnaval. Dengan ide cemerlang dan kreativitasnya, Mahar
berhasil menggiring teman-temannya merebut piala kemenangan. SD Muhammadiyah
kembali mengikuti perlombaan. Kali ini adalah perlombaan cerdas cermat. Bu
Muslimah, Ikal dan kawan-kawan sempat khawatir karena tak lama perlombaan akan
dimulai namun ujung tombak tim mereka belum juga datang. Untungnya meski hampir
terlambat, akhirnya si cerdas itu pun datang (Lintang). Awalnya tim dari SD
Muhammadiyah tertinggal angka melawan SD PN dan SD Negeri. Namun pada saat
memasuki soal yang berhubungan dengan angka SD Muhammadiyah mengejar
ketertinggalan dan berhasil keluar sebagai juara.
3.
Latar Cerita
a. Latar Tempat
Latar
tempat yang digunakan dalam novel ini adalah di sebuah sekolah bernama SD
Muhammadiyah yang terletak di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur,
Sumatera Selatan. Namun, ada pula yang latarnya adalah di rumah, pohon, gua,
tepi pantai, pasar dan lain-lain tapi masih di kawasan Belitong.
b. Latar Waktu
Dikarenakan
novel “Laskar Pelangi” ini merupakan novel yang menceritakan kisah nyata meski
ada bumbu imajinasi, maka latar waktu yang disampaikan pun jelas yaitu terjadi
pada tahun 1974.
c. Latar Suasana
Latar
suasana yang ada dalam novel ini beragam dikarenakan konflik-konfik yang muncul
juga beragam. Ada kalanya senang, sedih, hingga cemas. Berikut beberapa
penggalan kisah yang menjelaskan suasana dalam novel :
d. Suasana Sedih
Salah
satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana sedih ialah saat Ikal,
teman-temannya dan Bu Muslimah berpisah dari Lintang yang memutuskan berhenti
sekolah karena harus mengurusi keluarga yang ditinggal mati ayahnya.
e. Suasana Senang
Salah
satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana senang ialah saat tim cerdas
cermat SD Muhammadiyah berhasil memenangkan pertandingan.
f.
Suasana
Cemas
Salah
satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana cemas ialah saat Pak Harfan,
Bu Muslimah dan calon murid SD Muhammadiyah beserta orang tuanya menunggu untuk
menggenapkan calon siswa yang mendaftar agar sekolah tidak ditutup.
4.
Penokohan
Tokoh-tokoh yang berperan
dalam novel ‘Laskar Pelangi’ antara lain :
a.
Ikal
Ikal
atau yang di dalam novel ini berperan sebagai ‘aku’ merupakan tokoh utama. Ikal
adalah salah seorang anggota ‘Laskar Pelangi’. Di sekolah ia termasuk murid
yang lumayan pandai, namun kepandaiannya masih di bawah dari temannya yaitu
Lintang.
b.
Taprani
Taprani
merupakan sosok yang tampan, rapi, perfeksionis, lumayan pintar, bicara
seperlunya (pendiam), santun, sangat berbakti kepada orang tua dan manja. Ia
bercita-cita menjadi guru di daerah terpencil untuk memajukan pendidikan orang
melayu pedalaman. Taprani selalu diperhatikan ibunya. Apa pun yang akan
dilakukannya harus selalu diketahui ibunya. Ia sangat tergantung pada ibunya.
c.
Sahara
Sahara
merupakan satu-satunya murid perempuan yang bersekolah di SD Muhammadiyah.
Tubuhnya ramping dan selalu berjilbab rapi. Di sekolah ia termasuk murid yang
pintar. Meski pun ia adalah sosok yang perhatian, namun ia termasuk tipe orang
yang temperamental, ketus, skeptis, susah diyakinkan dan tidak mudah terkesan.
d.
A Kiong
A
Kiong adalah satu-satunya murid keturunan Tionghoa yang bersekolah di SD
Muhammadiyah. Sifatnya begitu polos dan selalu mempercayai apa yang dikatakan
Mahar. Ia selalu menjadi pendukung sekaligus pengikut setia Mahar. A Kiong
memiliki rasa persahabatan yang tinggi dan suka menolong. Ia sering kali
bertengkar dengan Sahara.
e.
Harun
Harun
yang sudah mulai memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar pada usia lima belas
tahun ini mengidap keterbelakangan mental. Sifatnya santun, pendiam, dan murah
senyum. Laki-laki yang memiliki model rambut seperti Chairil Anwar ini hobi
sekali mengunyah permen asam jawa. Ia pun selalu berpakaian rapi. Di kelas, ia
sama sekali tidak bisa menangkap pelajaran membaca atau pun menulis. Ia pun
sering kali bercerita tentang kucing belang tiganya yang melahirkan tiga anak
yang juga bebelang tiga secara berulang-ulang.
f.
Kucai
Kucai
adalah salah satu anggota ‘Laskar Pelangi’ yang diamanahi sebagai ketua kelas.
Ia sempat frustrasi ketika menjadi ketua kelas karena kesulitan dalam mengatur
teman-temannya. Meski begitu, laki-laki yang menderita rabun jauh ini selalu
terpilih menjadi ketua kelas dan pada akhirnya ia menerima keputusan itu. Anak
yang banyak bicara dan susah diatur ini berbakat menjadi seorang politikus.
g.
Lintang
Lintang
merupakan anak yang paling jenius dan gigih di antara teman-temannya. Meski pun
jarak rumahnya dari sekolah sangat jauh (80 km), ia tetap semangat untuk pergi
ke sekolah dan menjadi anak yang paling pagi datang. Setiap berangkat sekolah,
ia harus melalui jalan yang merupakan tempat buaya tinggal. Ayahnya adalah
seorang nelayan miskin yang bertanggung jawab menafkahi empat belas nyawa yang
tinggal di rumahnya. Di sekolah, Lintang begitu serius belajar dan aktif.
Otaknya yang jenius dan cermat membawa tim SD Muhammadiyah menjadi pemenang
dalam lomba cerdas cermat. Lintang sangat suka membaca dan mempelajari berbagai
ilmu penngetahuan. Lintang pun tak segan membagi ilmunya kepada teman-temannya.
Idenya sangat kreatif. Lucunya, kelihaiannya dalam berpikir tidak dibarengi
dengan tulisan tangan yang indah.
h.
Mahar
Mahar
memiliki bakat dalam bidang seni, baik itu menyanyi, melukis, seni rupa dan
lain sebagainya. Pemikirannya imajinatif dan kreatif. Anak tampan ini termasuk
orang yang menggemari dongeng-dongeng yang tak masuk akal (mungkin karena ia
terlalu imajinatif). Mahar sering kali diejek dan ditertawakan teman-temannya
karena pemikirannya dianggap aneh.
i.
Bu Muslimah
Wanita
bernama lengkap N.A. Muslimah Hafsari ini adalah guru di SD Muhammadiyah. Ia
sangat gigih dalam mengajar meski pun gajinya belum dibayar. Ia sangat
berdedikasi terhadap dunia pendidikan dan dengan segenap jiwa mengajar
murid-murid di SD Muhammadiyah. Wanita cantik yang menyukai bunga ini memiliki
pendirian yang progresif dan terbuka terhadap ide-ide baru. Ia termasuk orang
yang sabar dan baik hati.
j.
Pak Harfan
Pria
bernama lengkap K.A Harfan Efendy Noor ini menjabat sebagai kepala SD
Muhammadiyah. Bersama Bu Muslimah, ia tetap mempertahankan sekolah yang hamper
ditutup karena kekurangan siswa. Pak Harfan juga memiliki dedikasi tinggi
terhadap pendidikan.
5.
Sudut Pandang yang
Digunakan
Sudut pandang yang digunakan
dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama karena dalam
penceritaan novel penulis menggunakan kata ‘aku’. Tokoh ‘aku’ dalam novel ini
diceritakan paling dominan sehingga si tokoh ‘aku’ dapat dikatakan sebagai
tokoh atau pelaku utama.
6.
Amanat
Banyak sekali amanat yang
terkandung dalam novel “Laskar Pelangi” ini. Diantaranya adalah :
a.
Jangan mudah menyerah oleh keadaan (jangan
putus asa)
Keadaan
boleh saja serba kekurangan, namun kekurangan janganlah menjadi alasan untuk
tidak berusaha. Justru jadikanlah kekurangan itu sebagai motivasi untuk bisa
menutupinya. Dalam novel ini diceritakan tentang kehidupan pendidikan yang
keadaannya serba minim. Namun, tokoh-tokoh di dalamnya tidak menyerah dengan
keadaan seperti itu. Mereka tetap bersemangat mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Kemiskinan bukan alasan untuk tidak belajar.
b.
Jauhi sifat pesimis
Saat
menengadahkan perasaan kepada orang-orang yang ada di atas kita, bukan berarti
kita harus merasa kecil dan lemah di hadapan mereka. Kita ada di bawah, bukan
berarti kita tidak bisa seperti orang yang ada di atas. Menengadahkan perasaan
ke atas mestinya dijadikan cambuk semangat untuk bisa seperti orang itu atau
bahkan bisa lebih baik lagi. Contonya pada novel ini yang menceritakan sebuah
sekolah kampung (SD Muhammadiyah) biasa yang selalu optimis untuk bisa lebih
baik dari sekolah yang dari awal memang sudah baik (SD PN).
c.
Sebagai guru haruslah dengan ikhlas mengajar
dan berdedikasi tinggi terhadap pendidikan. Dalam novel ini diceritakan seorang
guru yang begitu tinggi dedikasinya terhadap pendidikan. Guru diibaratkan
kompas yang menunjukkan kemana murid-muridnya akan pergi. Bu Muslimah merupakan
sosok yang menjadi guru teladan yang dengan segenap kemampuannya berjuang untuk
memajukan pendidikan di sebuah kampug kecil.
Unsur
Ekstrinsik Novel Laskar Pelangi
Selain unsur intrinsik, dalam novel “Laskar Pelangi” ini amat kental dengan
pengaruh unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik yang ada dalam novel tidak lepas
dari latar belakang kehidupan pengarang entah itu dari segi budaya yang
dipegang, kepercayaan, lingkungan tempat tinggal dan lain sebagainya. Ada pun
beberapa unsur ekstrinsik yang dibahas antara lain :
1.
Latar Belakang
Tempat Tinggal
Lingkungan tempat tinggal
pengarang mempengaruhi psikologi penulisan novel. Apalagi novel “Laskar
Pelangi” merupakan adaptasi dari cerita nyata yang dialami oleh pengarang
langsung. Letak tempat tinggal pengarang yang jauh berada di Desa Gantung,
Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan ternyata benar-benar
dijadikannya latar tempat bagi penulisan novelnya.
2.
Latar Belakang
Sosial dan Budaya
Pada novel ini banyak
sekali unsur-unsur sosial dan budaya masyarakat yang bertempat tinggal di
Belitong. Adanya perbedaan status antara komunitas buruh tambang dan komunitas
pengusaha yang dibatasi oleh tembok tinggi merupakan latar belakang sosial.
Dimana interaksi antara kedua komunitas ini memang ada dan saling
ketergantungan. Komunitas buruh tambang memerlukan uang untuk melanjutkan
kehidupan, sedang komunitas pengusaha memerlukan tenaga para buruh tambang
untuk menjalankan usaha mereka.
3.
Latar Belakang
Religi (agama)
Latar belakang religi atau
agama si pengarang sangat terlihat seperti pantulan cermin dalam novel “Laskar
Pelangi” ini. Nuansa keislamannya begitu kental. Dalam beberapa penggalan
cerita, pengarang sering kali menyelipkan pelajaran-pelajaran mengenai
keislaman.
4. Latar Belakang Ekonomi
Sebagian masyarakat
Belitong mengabdikan dirinya pada perusahaan-perusahaan timah. Digambarkan
dalam novel bahwa Belitong adalah pulau yang kaya akan sumber daya alam. Namun
tidak semua masyarakat Belitong bisa menikmati hasil bumi itu. PN memonopoli
hasil produksi, sementara masyarakat termarginalkan di tanah mereka sendiri.
Latar belakang ekonomi dalam novel ini diambil dari kacamata masyarakat
belitong kebanyakan yang tingkat ekonominya masih rendah. Padahal sumber daya
alamnya tinggi.
5.
Latar Belakang
Pendidikan
Dalam novel ini terkandung
banyak sekali nilai-nilai edukasi yang disampaikan pengarang. Pengarang tidak
hanya bercerita, tapi juga menyajikan berbagai ilmu pengetahuan yang diselipkan
di antara ceritanya. Begitu banyak cabang ilmu pengetahuan yang
diselipkan antara lain seperti sains (fisika, kimia, biologi, astronomi).
Pengarang gemar sekali memasukkan istilah-istilah asing ilmu pengetahuan yang
tertuang dalam cerita. Ini menandakan bahwa pengarangnya memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi.
Sinopsis
Novel Laskar Pelangi
Cerita terjadi di desa Gantung,
Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10
anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi
tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah,
Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
Mulai dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari
penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka
yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan
namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek,
pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya
bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa
Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah!
Mereka, Laskar Pelangi - nama yang diberikan Bu Muslimah
akan kesenangan mereka terhadap pelangi - pun sempat mengharumkan nama sekolah
dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan
kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada
karnaval 17
Agustus, dan kejeniusan
luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah
kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat.
Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama.
Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa
Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan
dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong
kembali ke kampungnya.
Resensi
Kritis
1.
Kelebihan Laskar Pelangi
Kekuatan novel ini terletak pada sentilan
humaniora tentang pentingnya pendidikan sekolah dan sekaligus kuatnya moral
agama. Novel ini wajib baca bagi generasi muda yang terlena dengan gelimang
kemudahan ekonomi dan tak lagi kenal jerih payah untuk menggapai masa depan.
Novel ini juga wajib baca bagi para pendidik, bagi pemerintah yang selalu alpa
pada pentingnya pendidikan. Buah dari kealpaan itu diantaranya adalah, kini
kita menjadi bangsa yang sering menjadi bahan olok-olok oleh bangsa lain,
karena kita rajin mencetak manusia yang tak punya kualitas.
2.
Kekurangan Laskar Pelangi
Kelemahan novel ini, menurut saya, hanya
terletak pada cara mengakhiri cerita. Semestinya, novel ini sudah ditutup pada
bab 33: Anarkonisme, yang menceritakan kejatuhan Babel (Bangka Belitung) yang
dulu bergelimbang Timah. Bab 34: Gotik, menurut saya menjadi ekor cerita yang
membingungkan. Karena penutur “Aku” secara tiba-tiba menjadi orang lain, dan
bukan lagi Ikal. Bab 34 ini menjadi sebuah kemubaziran. Sama persis seperti
seorang pelukis yang seharusnya berhenti menguaskan catnya pada bidang lukis
yang sudah sempurna, tapi kemudian menjadi berantakan karena sebuah goresan
yang tidak perlu.
Makasii
ReplyDeleteTerima kasih atas ulasannya yang sangat berharga. Hal ini sangat berguna membantu siswa maupun guru untuk membuat analisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel.
ReplyDeleteTerimakasih amatas ulasannya,saya jadi tidak perlu membaca novelnya lagi 😌😍
ReplyDeleteMantapppp 👍👍👍
ReplyDelete