Dipanggil “Jomblo Akut”
Karangan
: Rio Pratama
Perkenalkan namaku Raffi Pangestu,
pria yang rapi, baik, tidak sombong dan yang pasti sayang keluarga. Aku lahir
di Belitung 07 November 1996, sepertinya masa bodoh ya kapan aku lahir. Kita
mulai saja ceritanya.
Dizaman sekarang ini ada yang
namanya “jomblo akut” yaitu jomblo yang belum pernah pacaran bahkan belum
mungkin pernah jatuh cinta pada keturunan hawa. Pasti tidak ada yang menyangka,
pada kenyataannya “jomblo akut” itu masih banyak berkeliaran, salah satunya
aku. Jujur, aku belum pernah merasakan pacaran dan belum tau apa itu cinta atau
apalah kata yang hitznya.
Awalnya aku sangat biasa saja
disebut “jomblo akut”. Tak tau kenapa kenapa sejak waktu itu aku tersinggung
dengan salah seorang temanku yang menyebut aku dengan sebutan “jomblo akut yang
tak dirindukan”. Setelah kejadian waktu itu aku begitu merasa membutuhkan
makhluk yang disebut wanita keturunan hawa. Tak hal, setelah aku masuk kuliah
dan mengenal seorang gadis yang bernama Maya Mut.
Maya adalah teman satu kelasku, dia
gadis yang baik, pintar, penyayang binatang dan penyayang keluarga sama
sepertiku, tak lupa pasti cantik. Dia adalah sesosok makhluk yang aku kagumi
dan juga berasa ingin memilikinya. Setiap aku berdoa, tak lupa aku selipkan doa
supaya bisa menyatakan perasaanku padanya. Dan semoga dia juga merasakan
perasaan yang sama sepertiku.
Woi, jangan salah ya. Aku ini
lumayan terkenal di kampus, dan mungkin pria idaman para wanita, aku lumayan
pintar, lumayan tampan ada manis-manisnya gitu, rapi, baik dan berkecukupan
buat makan setiap hari meskipun dengan seadanya. Aku cukup yakin bisa memiliki
Maya.
Aku adalah perantau yang pasti anak
kostan, sehari-hari hanya meratapi kehidupanku diruang yang luasnya tak lebih
dari 4x4 meter ini. Diruang ini sering kali aku menyadari bahwa mengatakan
perasaan memang sulit. Jika di suruh memilih aku lebih memilih membuat 100
puisi dari pada aku harus mengatakan perasaan kepada Maya.
Maya memang membuatku klepek-klepek
bahasa gaulnya dan hilang akal sehat, Maya dipanggil May. Setiap kali
berpapasan muka dengan May, aku merasa detak jantung berhenti sejenak ibarat
bertemu bidadari meskipun bidadari palsu.
Memang tak heran beginilah nasib
jadi “jomblo akut”. Kurang ahli, ketika jatuh cinta tak tahu harus bagaimana.
Salah satunya karena dorongan dari berbagai novel yang pernah aku baca misalnya
pada Novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk” karangan Buya Hamka, aku ingin
memilikinya sampai hayat dan matiku.
Beberapa detik berlalu aku terpikir
dengan sahabatku Rio. Dia adalah sahabat yang selalu menampung semua curahan
hati yang aku ceritakan, tetapi kalo dia lagi waras atau tidak ada kerjaan.
“Io, gue sangat suka banget sama
Maya, dia tipe aku banget. Gimana menurut lo gue bisa jadian ga sama dia.”
“Hmm, dia anak hitz, pikir
matang-matang aja” jawab Rio.
Membuatku terdiam dan berpikir 2
kali, tapi ya gapapa di coba dibenakku. Saat ingin membalas lagi pulsaku habis.
Keesokan hari sewaktu pulang
sekolah, aku sudah memutuskan semalaman setelah aku menerima pesan singkat dari
Rio untuk mengungkapkan perasaan kepada May. Aku menunggu di gerbang sekolah,
sudah sekitar 10 menit berlalu, May belum juga terlihat. Sampai-sampai hujan
turun dengan derasnya, tanpa aku sadari May datang dari sisi kiriku dengan
keadaan basah kuyup kehujanan. Tak kusangka permataku yang hilang datang
seperti Novel yang pernah aku baca.
“Ffi, kenapa kamu masih disini”
tanya May
“Ga ko gapapa”. Jawabku
Tidak
berbasa-basi akupun langsung keintinya, yang sudah aku pikirkan matang-matang
semalam.
“May, aku pengen ngomong bentar
boleh? Dengan memberanikan diri.
May
tersenyum dan menatapku dengan tatapan tajam.
“Ma-ya” aku masih gugup.
“Ada apa ffi”. Ucapnya sambil
menatapku dengan tatapan tajam.
“Aku...aku...” aku terlihat sangat
gugup.
“Raffi, kamu kenapa sih”. Tanya May
dengan senyum tipis.
Seperti
melihat mobil ferrari yang berjalan begitu cepat membelah kegugupan, muka pucat
seperti demam tinggi. Tak kusangka mulutku berkata begitu cepatnya.
“Aku suka kamu, kamu mau ga jadi
pacar aku?” seketika keluar dari mulutku.
“Raffi. Jujur, aku juga suka kamu.
Tapi itu dulu, sejak lama aku tau kamu suka sama aku. Dengan sabar aku nunggu
kamu. Tapi karena kelamaan aku keburu suka sama yang lain. Maaf ya. Mending
kita jadi best friend aja ya. Ok.” Jawab May
Disitu aku tersentak, mobil ferrari
seolah dengan derasnya menabrak tubuh kurusku, mataku terkatup, mulutku
tertutup rapat seperti digembok. Aku mati rasa seperti kehilangan sesuatu yang
berharga dihidupku, sangat menakutkan. Itulah pertama kalinya aku mengatakan
cinta dan ujungnya ditolak. Kini aku galau, galau tingkat dewa. Dan sampai hari
ini akupun masih jomblo dan dipanggil dengan sebutan “jomblo akut” hampir satu
jurusan tau. OMG