BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipegunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata
atau bahasa tulisan. Suatu proses dimana kelompok kata yang merupakan suatu
kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata secara
individual akan dapat diketahui.
Dalam
membaca dikenal jenis membaca telaah isi yang memiliki pengertian membaca
dengan cara meneliti bahan yang tersedia dengan tidak mengesampingkan
ketelitian, pemahaman, serta kekritisan dalam berpikir.
1.2
Rumusan Masalah
Dalam
penulisan masalah mengenai membaca telaahisi bila kita tidak menetukan patokan-patokan
yang jelas mengenai hal-hal yang akan kita bahas tentunya kita akan memperoleh
kesulitan dalam mengembangkan makalah ini. Mengingat adanya keterbatasan dalam
kemampuan penyusun dan demi terarahnya penyusunan makalah maka penyusun
membatasi permasalahan pada hal-hal:
1. Apakah yang dimaksud dengan membaca teliti
?
2. Bagaimanakah
membaca paragraf dengan pengertian?
3. Bagaimanakah
membaca pilihan yang lebih panjang?
4. Bagaimanakah
membuat catatan itu?
5. Bagaimanakah
membuat catatan dalam kelas?
6. Bagaimanakah
menelaah tugas?
7. Apakah yang dimaksud dengan membaca
pemahaman?
8. Bagaimanakah
standar kesastraan?
9. Bagaimanakah
resensi kritis?
10. Bagaimanakah
drama tulis?
11. Bagaimanakah
pola-pola fiksi?
1.3 Tujuan
Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah
:
1.
Untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah;
2.
Untuk mengetahui dan memahami membaca
teliti;
3.
Untuk mengetahui danmemahami bagaimana
membaca paragraf dengan pengertian;
4.
Untuk mengetahui dan memahami
bagaimana membaca pilihan yang lebih panjang;
5.
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana
membuat catatan;
6.
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana
membuat catatan dalam kelas;
7.
Untuk mengetahui danmemahami bagaimana
menelaah tugas;
8.
Untuk mengetahui danmemahami membaca
pemahaman;
9.
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana
standar kesastraan;
10. Untuk mengetahui
danmemahami bagaimana resensikritis;
11. Untuk mengetahui
dan memahami bagaimana drama tulis;
12. Untuk mengetahui
dan memahami bagaimana pola-pola fiksi.
1.4Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam bidang teoretis maupun
praktis, antara lain:
1.
Manfaat Teoritis:
Sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan
pengetahuan dalam mempelajari membaca telaah isi khususnya membaca teliti dan membaca
pehaman.
2.
Manfaat Praktis:
Dapat memberikan bahan informasi dan
menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan pembelajaran membaca.
BAB II
MEMBACA TELAAH ISI
(MEMBACA TELITI DAN PEMAHAMAAN)
Menelaah
isi sesuatu bacaan menuntut ketelitian, pemahaman, kekritisan berpikir serta keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam bacaan.
Membaca
telaah isi dapat kita bagi atas:
1. Membaca teliti
2. Membaca pemahaman
3. Membaca kritis
4. Membaca ide
Berikut ini akan dibicarakan dua
diantaranya yaitu membaca teliti dan
membaca pemahaman.
2.1
Membaca Teliti
Membaca Teliti
merupakan suatu kegiatan yang sama pentingnya dengan membaca sekilas sering
kali kita perlu membaca teliti bahan-bahan bacaan yang kita sukai. Dalam
kegiatan membaca teliti dituntut suatu pemutaran atau pembalikan pendidikan
yang menyeluruh. Membaca teliti memerlukan keterampilan, antara lain:
1) Survei
yang cepat untukmemperhatikan/melihat organisasi dan pendekatan umum;
2) Membaca
secara seksama dan membaca ulang paragraph-paragraf untuk menemukan kalimat
judul dan perincian-perincian penting; dan
3) Menemukan hubungan setiap paragraph
dengan keseluruhan tulisan atau artikel. (Tarigan H.G.1988 : 39)
2.1.1Membaca
Paragraf dengan Pengertian
Paragraf
yang tertulis rapi biasanya mengandung sebuah pikiran pokok (central thought). Pokok pikiran
terkadang diekspresikan dalam suatu kalimat judul (topic sentences) pada awal paragraf. Tetapi ada pula pokok pikiran
yang dinyatakan dalam dua atau tiga kalimat. Oleh karena itu kita perlu melatih
diri mengenal pokok pikiran dalam paragraf serta melihat bagaimana caranya
paragraf mengembangkan pikiran tersebut. Beberapa cara yang biasa digunakan
untuk mengembangkan pokok pikiran suatu paragraf, antara lain:
- dengan mengemukakan alasan-alasan;
- dengan mengutarakan perincian-perincian;
- dengan mengetengahkan satu atau lebih contoh;
- dengan memperbandingkan atau mempertentangkan dua hal ( Albert [et al] 1961a : 35).
Dalam
pengembangan pokok pikiran dalam suatu paragraf yang harus diperhatikan adalah
walaupun kebanyakan paragraf tidak tersusun sejelas contoh, namun semua
paragraph yang baik memiliki suatu organisasi yang dapat dikenal. Berikut ini
beberapa contoh dari setiap cara pengembangan pikiran pokok sesuai ketentuan
diatas.
1.
Pengembangan
Paragraf dengan Mengemukakan Alasan
Pada
contoh paragraf berikut ini, kita bisa melihat bahwa pokok pikiran dinyatakan
dengan jelas dalam suatu kalimat judul (yang dicetak miring). Perhatikan cara
penulis mengembangkan pokok pikiran dengan mengemukakan alasan-alasannya:
Ada beberapa alasan
mengapa saya memilih bahasa Simalungun sebagai bahan disertasi saya.
Pertama, penelitian mengenai bahasa Simalungun masih sangat langka. Kedua,
bahasa Simalungun merupakan jembatan penghubung antara bahasa-bahasa Batak
Utara dengan Bahasa-bahasa Batak Selatan. Ketiga, … (Henry Guntur Tarigan 1979
; 40)
Kita
dengan mudah dapat menemukan organisasi paragraf tanpa menemui kesulitan.
Inilah kerangka paragraph tersebut:
Pikiran pokok:
Saya memilih bahasa Simalungun sebagai bahan disertasi.
A. Penelitian
mengenai bahasa Simalungun masih sangat langka
B. Bahasa
Simalungun merupakan jembatan penghubung (antara bahasa-bahasa Batak Utara
dengan bahasa-bahasa Batak Selatan)
2.
Pengembangan Paragraf dengan Mengutarakan
Perincian
Apabila
pokok pikiran suatu paragraf merupakan suatu pernyataan yang memerlukan suatu
penjelasan atau keterangan, maka penulis yang baik akan mengutarakan
perincian-perincian yang membuat keterangan itu menjadi jelas dan lengkap.
Perhatikan paragraf berikut ini yang dikembangkan dengan cara mengutarakan
perincian-perincian untuk menunjang pikiran pokok:
Pendidikan
yang ditempuhnya penuh pengorbanan dan tanpa pamrih selama bertahun-tahun, baik
itu didalam maupun diluar negeri dengan bermodalkan tekad dan cita-cita yang
luhur, mengangkat harkat dan mertabat keluarganya ke tingkat yang lebih tinggi
dan lebih mulia dimata masyarakat. Betapa tidak, suatu keluarga miskin,
golongan rendah, maju dalam pendidikan. Dari enam orang anak, satu sudah
menjadi sarjana ... (Victor Hage “Otobiografi”).
3. Pengembangan Paragraf dengan
Mengetengahkan Contoh
Dalam
penilisan paragraf, seorang penulis seringkali menerangkan kalimat judul dengan
menggunakan contoh untuk menjelaskan apa yang ia maksudkan. Perhatikan contoh
paragraf berikut:
Bahkan
orang awam yang berasal dari desa yang jauh dari pedalaman sekalipun tahu
menghargai bahasa mereka. Mereka meghargai serta mempertahankan kelangsungan
hidup serta keaslian bahasa mereka. Mereka memepunyai suatu standar keaslian,
yaitu Sahap Simalungun Sinraya
“Bahasa Simalungun Raya”.
Inilah suatu ilustrasi yang
memperlihatkan bagaimana Sahap Simalungun.
4. Pengembangan
Paragraf dengan Perbandingan atau Pertentangan
Cara
lain yang bisa digunakan untuk mengembangkan pikiran pokok suatu paragraf yaitu
dengan perbandingan atau pertentangan dengan komparasi atau kontras. Penbaca
hendaknya menyadari fungsi dari komparasi sangat penting terutama sebagai suatu
penjelasan terhadap pernyataan umum kalimat judul. Pembaca harusl
ahmenghindarkan diri dari keasyikan terhadap fakta-fakta serta
perincian-perincian yang disajikan oleh penulis yang justru menghilangkan hal
yang sebenarnya hendak dilikuskan penulis.
2.1.2
Membaca Pilihan yang Lebih Panjang
Apabila
kita sudah bias membaca suatu paragraf dengan tepat, kita tidak akan menghadapi
kesulitan dalam menghubungkan bab atau artikel yang memuat paragraf tersebut.
Seperti juga halnya kalimat-kalimat yang mengembangkan pokok pikiran suatu
paragraf, suatu paragrafpun turut menunjang dalam pengembangan pokok pikiran
keseluruhan bab atau artikel. Kemampuan untuk menghubungkan paragraf-paragraf tunggal dan kelompok-kelompok
paragraf dengan penggalan keseluruhan tulisan sangat penting dalam membaca
teliti. Begitu pula kemampuan untuk membeda-bedakan, antara paragraf-paragraf
yang memuat serta menyajikan ide-ide pokok atau ide-ide utama dengan paragraf
yang semata-matahanyamengurai atau menerangkan ide-ide dalam paragraf-paragraf
terdahulu (Albert [et al] 1961a : 44)
2.1.3 Membuat Catatan
Sebagai
tambahan terhadap nilai catatan-catatan itu sendiri, proses actual pembuatan
catatan membantu kita dalam beberapa hal antara lain:
a)
Menolong kita memahami apa yang kita baca atau apa yang kita dengan
b)
Membuat kita terus-menerus mencari fakta-fakta dan ide-ide yang penting
c)
Membantu ingatan kita. Mencatat fakta-fakta serta ide-ide yang penting akan
menanamkan kesan yang mendalam pada ingatan kita.
1. Mengenai Bacaan
Catatan
yang dibuat bisa berdasarkan bacaan yang kita baca ataupun berdasarkan
penjelasan atau paparan yang kita dengar. Mengenai Bacaan Apabila kita ingin
membuat catatan mengenai bahan yang kita baca hendaknya memperhatikan
hal-halsebagai berikut:
a. Bacalah
sekilas seluruhkutipan atau pilihan sebelummembuat catatan
b. Tentukan
hal-hal apa yangperlu kita catat ( hal yangmendetil atau ide-idepentingnya
saja)
c. Butlah
catatan denganmenggunakan kata-kata sendiri
d. Kembangkanlah
system-sistem sendiri mengenaipenyingkatan dan pemenggalan kata-kata
e. Apabila
mengutip sesuatupakailah tanda kutipan.
f. Buatlah
catatan yangjelas dan singkat
Periksa
kembali apakah catatan tentang hal-hal yang penting tidak terlewatkan.
2.Menandai
Buku
Terdapat beberapa cara yang bisa
digunakan dalam menandai buku :
a) Menggaris
bawahi hal-hal yang penting, penatataan utama serta yang memberikan dorongan
b) Memberi
tanda-tanda bintang atau asterisk pada halaman pinggir
c) Memberi
angka-angka pada halaman pinggir
d) Membubuhkan nomor halaman lain pada pinggir
e) halaman
f) Melingkari
kata-kata ataufrase yang dianggap penting
g) Menulis
serta membuatcatatan pada pinggir halaman.
2.1.4
Dalam kelas
Apabila
kita sedang dalam lingkungan kelas infornasi yang disampaikan oleh pendidik tidak ada dalam buku. maka hal yang
harus kita lakukan adalah dengan cara mencatat hal-hal yang kita perlukan.
Hal-hal yang bisa menolong kita dalam membuat catatan antaralain :
1. Jangan
mencatat semua hal yang diucapkan oleh pembicara
2. Dengarkanlah
isyarat-isyarat yang diberikan yang menandakan bahwa suatu kata atau frase itu
penting
3. Apabila
ketinggalan dalam mencatat maka tinggalkan spasi dalam catatan dan lanjutkan
mencatat
4. Secepat mungkin sesuai pelajaran di kelas itu
perhatikan kembali seluruh catatan tersebut intuk memasukan serta menanamkan
fakta-fakta serta ide-ide yang penting kedalam ingatan dan pikiran serta
memperbaiki atau pun menambahi hal-hal yang penting terhadap catatan yang telah
di buat.
2.1.5
MenelaahTugas
Agar
siswa bisa lebih memahami apa saja yang disampaikan pendidik serta
menyelesaikan tugas dengan baik, maka perlu dibiasakan belajar dengan cara SQ3R
yaitu Survey, Question,Read, Recite, Review. Apabila kita mempraktikan metode
ini maka kita bisa menyelesaikan tugas dalam waktu yang singkat dan juga bisa
memperoleh hasil yang baik. Berikut ini penjelasan mengenai metode SQ3R :
1. Survey
(PenelitianPendahuluan) Hal yang bisakita lakukan yaitu dengan cara
memeriksakeseluruhan judul-judul, subjudul, bab utama. Tidak lupa juga
perhatikan organisasi bab tersebut. Baca secara sekilas paragraph pertama.
Bacalah sekilas paragraf terakhir yang mungkin saja merupakan ringkasan yang
berharga.
2. Question
(Tanya)Apabila kita membaca untuk bisa memperoleh jawaban daripertanyaan yang
sudah kita miliki biasanya kita akan lebih teliti serta berhati-hati
dalammembaca baik itu kalimat maupun kata oleh sebab itu siapkanlah beberapa
pertanyaan sebelum kita akan membaca.
3. Read
(Baca)Bacalah paragraph demi paragraf dengan seksama,karena setiap paragraf memiliki pokok pikiran yang bisa
kita peroleh dengan cara-cara
yang sudah kita jelaskan sebelumnya.
4. Recite
(Menceritakan
kembali dengan kata-kata
sendiri) apabila kita sudah membaca
dengan teliti maka ingatlah kembali isi
bacaan yang kita baca.
kemudian,
ingatlah bab per
bab yang terpenting atau juga kata kunci dari hal-hal yang terpenting kemudian
bila kita sudah bisa memahaminya cobalah menjawab pertanyaan dengan menggunakan
kata-kata kita sendiri berdasarkan atas apa yang sudah kita baca dan pahami.
5.
Review (TinjauKembali) Periksa kembali bahan yang sudah kita baca
dengan cara melihat judul, gambar,
diagram. Tinjau kembali pertanyaan, dan
saran-saran studi lainnya.
2.2
Membaca Pemahaman
Membaca
pemahaman atau(reading forunderstanding) adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk
memahami hal-hal berikut :
2.2.1
Standar-standar atau norma-norma
kesastraan (literarystandards)
Penulis
kreatif dalam bidang fiksi, drama, puisi, biografidll. Memiliki beberapa
pengalaman hidup yang hendak disampaikan kepada pembacanya. Pengarang ingin
agar kita merasakan apa yang telah dirasakannya mengenai emisi yang sering
dijumpainya,dia ingin agar kita bisa memahami kekuatan fakta danvisi kebenaran
yang telah dilihatnya serta dirasakannya. Para seniman kreatif sangat peka
terhadap kekuatan serta keindahaan kata-kata. Ia sadar akan seluk-beluk serta kepelikannya memahami aneka
rona konotasi kata. Perlu diketahui bahwa tidak semua aspek seni sastra kreatif
muncul serta terlihat pada setiap penggal karya sastra, untuk itu kesusastraan dapat
diklasifikasikan dalam berbagai cara, antara lain sebagai berikut :
a.
Puisi atau prosa
b.
Fakta atau fiksi
c.
Klasik atau modern
d.
Subjektif atau objektif
e.
Eksposisi atau normative
2.2.2Resensi kritis (criticalreview)
Ditinjau
dari segi batas kemampuan kita sebagai manusia, tidaklah mungkin membaca semua
buku dan artikel yang baik setiap harinya. Agar bisa tetap memperoleh informasi
tentang apa yang dipikirkan serta yang ditulis dalam kehidupan orang-orang
besar dalam kehidupan maka seseorang dapat membaca resensi-resensi kritis
mengenai fiksi mauksi. Tulisan singkat seperti itu,yang biasanya dapat dibaca
beberapa menit, memiliki beberapa menfaat antaralain :
- Mengetengahkan komentar-komentar mengenai kesegaran eksposisi atau cerita, memberikan pertimbangan serta penilaian betapa baiknya tugas tersebut dilaksanakan, dipandang dari segi maksud dan tujuan pengarang
- Mengutarakan komentar-komentar mengenai gaya, bentuk, serta nilai atau manfaat kesastraan umum bagian tersebut
- Memberikan suatu rangkuman pandangan,pendirian, atau point of view
d. Mengemukakan fakta-fakta untuk menunjang
pertinbangan dan penilaian serta analisasi dengan cara mengutip atau menunjukan
secara langsung pada karakter-karakter, situasi-situasi, yang ada dalam artikel
atau buku.
2.2.3 Drama
tulis (printeddrama)
Ada
dua cara untuk menikmati sandiwara\drama. Yang pertama dalam tingkatan aksi
primitive,dalam hal ini penonton mengalami getaran ketegangan,
kekejaman,sehingga menimbulkan keinginan untuk melihat bagaimana hal itu
dikeluarkan dan diperankan. Pada tingkatan selanjutnya yaitu pada tingkatan
individual yang bersifat interpretative,dalam hai ini pembaca dapat menarik
kesimpulan,memvisualisasikan tokoh-tokoh, memproyeksikan akibat-akibat, serta
mengadakan interpretasi ketika ia membaca serta membawa kesempurnaan
pengalamannya pada bacaan yang ia baca.Apabila pembaca sudah memahami serta
mengkritisi drama maka ia akan bisa mengerti beberapa hal antaralain sebagai
berikut:
a.
Prinsip
kritik drama
Pada
abad ke-18 seorang dramawan Jerman yang bernama Goethe memformulasikan tiga
prinsip kritik drama, yang sangat terkenal dalam bentuk pertanyaan yang dikenal
dengan “Prinsip Goethe” adalah sebagai berikut :
a) Apakah
yang hendak dilakukan oleh seniman?
b) Betapa
baiknya ia melakukan hal itu?
c) Bermanfaatkah
hal itu dilakukan?
Apabila
kita berusaha menjawab pertanyaan yang pertama kita akan menghadapi
fakta-fakta. Kita akan sampai pada jawaban-jawaban factual terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang lain yangtimbul apabila kita menjawab pertanyaan
kedua kita akan mempertimbangkan betapa baikkah sang seniman telah memanfaatkan
unsur-unsur drama serta telah memadunya menjadi suatu keseluruhan yang artistik dan efektif Sedangkan apabila kita
menjawab pertanyaan yang ketiga maka kita akan bisa mengemukakan pendapat kita.
Apabila
kita sudah menjawab pertanyaan pertama dan kedua dengan baik maka kita akan
dengan mudahnya menjawab pertanyaan yang ke tiga.
b. Unsur-unsur
Drama
Unsur
yang termasuk kedalam unsur drama antara lain:
a) Plot;
b) Karakterisasi;
c) Dialog.
c.Jenis
- jenis Drama
Bila
kita mencermati jenis lakon kita akan mendapati lakon yang serius, dan lakon
yang ringan. Berangkat dari hal tersebut maka lakon dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis antara lain :
a)
Tragedi
Tragedy
adalah sejenis drama yang mempunyai cirri sebagai berikut:
a. Sebuah
lakon sedih yang bercerita mengenai suatu subjek serius;
b. Seorang
pahlawan atau pelaku utama haruslah seseorang yang memiliki rupa atau pesona
yang memiliki sifat-sifat seperti pahlawan;
c. Emosi
merupakan dasar pada lakon itu.
b)
Komedi
Komedi
memiliki ciri sebagai berikut:
a. Lakon
ini mungkin mengenai subjek yang serius maupun subjek yang ringan, tapi memperlakukan subjeknya
pada taraf dan nada yang ringan;
b. Lakon
ini mengenaiperistiwa-peristiwa yangbertaraf, baik itu basar maupun kecil memiliki kemungkinan untuk terjadi;
c. Apa-apa
yang muncul daritokoh bukan dari situasi;
d. Gelak
tawa yang ditimbulkan oleh lakon merupakan gelak tawa yang bijaksana.
c) Melodrama
Sebuah
melodrama memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Menampilkan
suatu objek yang serius
b. Memiliki
unsur kesempatan dan kebetulan
c. Emosi
atau rasa kasihan yang timbul cenderung ke arah sentimental
d. Seorang
pahlawan senantiasa memenangkan perjuangannya
d)
Farce
Farce
memiliki ciri sebagai berikut :
a. Peristiwa
maupun lakonbisa muncul maupun tidak
b. Menimbulkan
kelucuan yang tidak karuan
c. Bersipat
episodic
d. Segala
yang terjadi muncul dari situasi bukan dari tokoh
2.2 Pola-pola fiksi ( patterns of fiction)
Agar kita dapat memahami pola-pola
fiksi dengan sebaik-baiknya, kita harus terlebih dahulu memahami pengartian
fiksi, perbedaannya dengan Nonfiksi, unsur-unsurnya dan jenis-jenisnya.
1. Pengetian
fiksi
Fiksi
merupakan penyajian atau presentasi seorang pengarang memandang hidup. Penulis
mempunyai ide-ide mengenai kehidupan, sekalipun dia mungkin tidak pernah
bersusah payah menyatakan ide-ide tersebut pada dirinya sendiri dalam
istilah-istilah umum. Maka dari itu fiksi bisa dikatakan merupakan suatu
istilah yang dipergunakan untuk membedakan uraian yang tidakbersifat historis dari uraian yang
bersifat historis, dengan penunjukan khusus atau penekanan khusus pada segi
sastranya. ( Brooks, Purser and Warren , dari Tarigan 1979 : 76)
2.
Fiksi
dan Nonfiksi
Perbedaan yang
utama yang membedakan antara fiksi dengan non fiksi terletak pada tujuan.
Maksud dan tujuan pada narasi yang non-fiksi, seperti sejarah, biografi, berita
dan lain-lain.
Bertujuan
untuk menciptakan kembali apa yang telah terjadi secara actual. Atau kita juga
bisa
mengatakan bahwa cerita non fiksi bersifat aktualis sedangkan cerita fiksi
bersifat realitas.
3.
Unsur-unsur
Fiksi
Dalam
penulisan sebuah fiksi, perlu diperhatikan prinsip-prinsip teknis sebagai
berikut :
a. Permulaan
dan eksposisi
b.
Deskripsi
dan latar(Suasana)
c. Pilihan
dan saran
d. Saat
penting
e. Puncak,
klimaks
f. Pertentangan,
konflik
g. Rintangan,
komplikasi
h. Pola
atau model
i.
Kesudahan
j.
Tokoh dan aksi
k. Pusat
minat
l.
Pusat tokoh
m. Pusat
narasi
n. Jarak
o. Skala
p. Langkah (brooks and
warren 1959 : 644-648)
Beberapa
istilah yang sering kita temui dalam
cerita fiksi antara lain:
1)
Tema
Tema
merupakan dasar tujuan penulis melukiskan watak para pelaku dalam cerita. Tema
tidaklah dijelaskan secara eksplisit oleh pengarang tetapi pembaca bisa
memahami maksud serta tujuan penulisan cerita setelah ia selesai membaca
cerita.
2)
Plot
Istilah
lain yang digunakan untuk memaknai plot adalah trap yang memiliki makna
struktur gerak atau laku dalam fiksi maupun drama. Suatu fiksi haruslah
bergerak dari suatu permulaan, melalui suatu pertengahan, menuju suatu akhir.
Dalam istilah sastra lebih dikenal dengan istilah eksposisi, komplikasi, dan
resolusi.
3) Pelukisan watak
Dalam sebuah cerita fiksi tentulah dikenal
tokoh yang berperan dalam cerita. Ada beberapa cara yang bias dilakukan oleh
pengarang untuk melukiskan tokoh antara lain :
a) Melukiskan bentuk lahir tokoh
b) Melukiskan jalan pikiran tokoh
c) Melukiskan bagaimana reaksi tokoh
terhadap keadaan sekelilingnya
d) Pengarang dengan langsung
menganalisis watak tokoh
e) Pengarang melukiskan keadaan di
sekeliling tokoh
f) Pengarang melukiskan pandangan tokoh
terhadap tokoh lain
g) Perbincangan antar tokoh
4. Jenis-
Jenis Fiksi
1) Berdasarkan
bentuk yaitu:
a. Novel
b. Novelette
c. vignette
d. cerita
singkat
2)
Berdasarkan
isi yaitu:
a. Impresionisme, berarti pemberian kesan-kesan panca indra dengan tidak
melupakan sesuatu bentuk yang tertentu, atau penjelmaan fikiran, perasaan dan
bentuk-bentuk dengan cara sendirian (sugesti) dan bukan dengan penjelasan sepenuhnya.
b. Romantic, adalah cara mengarang yang mengedialisasikan penghidupan
dan pengalaman manusia, yang meletakan tekanan yang lebih berat pada apa-apa
yang lebih baik, lebih enak, lebih indah dalam penghidupan dan pengalaman manusia.
c. Realisme, adalah cara menulis
yang hanya memperhatikan menifestasi jasmani (materi) yang kelihatan dari luar,
dari penghidupan, hanya memperhatikan simptone dan bukan sebab penghidupan. Realis
memenulis apa yang dilihat hanya menulis kenyataan-kenyataan yang kelihatan tidak
boleh lebih atau kurang.
d. Sosialis-realisme, cara melukiskan penghidupan yang materialistis dan dangkal
berdasar pada dogma. Marxisme tentang sejarah dan masyarakat. Menurut pengertian
ini manusia adalah suatu kesatuan ekonomis yang dikuasai oleh alam sekitar.
Manusia terikat pada alam jasmani dan benda materialistis, dan tujuan hidupnya
yang tertinggi adalah mencapai perubahan – perubahan kebendaan di atas dasar kepunyaan
dan susunan masyarakat. Di sini kehidupan
rohani tidak di acuhkan, dan intelek manusia diakuihanya sebagai alat untuk mencapai
tujuan-tujuan kebendaan.
e. Realisme
sebenarnya, cara menulis
yang berusaha sekuat daya menunjukan pemandangan kesatuan yang utuh, yang
melukiskan gambaran bulat tentang manusia serta hubungannya dengan dunia tempatnya
hidup dan bekerja. Pendek kata: melukiskan kenyataan jasmani dan kenyataan rohani
serta harmonis dan logis.
f. Naturalisme, suatu cara menulis yang melukiskan dengan cermat dan
teliti apa yang dapat dilihat, dirasa, oleh panca indra. Umumnya kedalam golongan
ini dimasukan para pengarang yang terutama memusatkan perhatian kepada alam benda,
kepada manifestasi kebendaan dari kehidupan manusia. Manusia sebagai mahluk dalam
alam, dengan hasrat-hasrat serta kekurangan-kekurangan kemanusiaannya. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran
romantic. Pengarang naturalis yang terkenal adalah Zola, yang terus terang menggambarkan
kehidupaan seksual manusia. Bagi Zola, dunia yang nyata inilah satu-satunya dunia.
g. Ekspresion, dalam aliran ini semua menyembur, memancar dari dalam
jiwa pengarang sendiri. Dalam ekspresionisme alam benda beserta bentuk-bentuk kebendaanya
dikalahkan oleh alam jiwa dan manifestasi-manifestasi kejiwaan. Perbedaanya dengan
aliran realisme dan naturalisme ialah bahwa pengarang sedapat mungkin berdiri
di luar pagar, tidak mencampuradukan perasaannya dengan para pelaku dalam karangannya.
h.
Simbolisme, dalam fiksi banyak dipergunakan simbol-simbol.
Sebuah symbol adalah sebuah benda, sesuatu yang kongkrit. Warna kejadian alam,
dan lain-lain, dapat dipergunakan melambangkan kehidupan atau perasaan manusia,
melambangkan kematian, kemelaratan, kesedihan, kebahagiaan, cinta, kejahatan,
dendam, dan sebagainya. Kalau symbol itu dijalin dan disusun dalam cerita, maka
sering di sebutkan berulang-ulang oleh sang pengarang, di dorongkan ketengah-tengah
perhatian para pembaca. Pun symbol tersebut dapat pula merupakan sesuatu yang
dikandung oleh seluruh isi cerita. Cerita-cerita seperti ini biasa di sebut cerita
yang beraliran simbolisme. (Tarigan; 1978b : 49-53).
BAB III
Simpulan
Berdasarkan
hasil rangkuman materi maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Membaca
teliti adalah suatu kegiatan membaca yang sering kali kita lakukan apabila kita
perlu membaca teliti bahan-bahan bacaan yang kita sukai. Dalam kegiatan membaca teliti dituntut sukai. Dalam kegiatan membaca teliti dituntut suatu pemutaran
atau perbalikan pendidikan yang menyeluruh.
2.
Membaca
pemahaman atau (reading for understanding)
adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memperoleh informasi serta untuk memahami
:
a.
Standar-standar
atau norma-norma kesusastraa (literary
standards)
b.
Resensikritis
(critical review)
c.
Drama
tulisan (printed drama)
d.
Pola-polafiksi
(patterns of fiction)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi.2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
Sudarso.1994. Sistem membaca Cepat dan efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Tarigan, Henry Guntur.1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa
No comments:
Post a Comment