Friday, November 6, 2015

Cerita Rakyat dari Bangka Belitung : Putri Pinang Gading

Putri Pinang Gading
Cerita Rakyat dari Bangka Belitung
Dahulu kala di Belitung, hidup sepasang suami istri. Si suami adalah seorang nelayan. Nama si suami adalah Pak Inda dan nama istrinya Bu Tumina. Mereka tinggal sendirian di rumah mereka. Mereka belum memiliki anak.
Pak Inda selalu pergi memancing di pagi hari. Dan di suatu pagi seperti biasanya dia pergi ke lautSaat dalam perjalanan, dia tersandung sebilah bambu. “Benda ini berbahaya. Seseorang bisa terluka karena ini,” kata Pak Inda.
Dia melempar bambu itu ke laut. Lalu dia lanjut berjalan. Dan lagi, dia tersandung sebilah bambu. “Mengapa ada banyak bambu di sini?” tanya Pak Inda pada dirinya.
Dia ingin melempar bambu itu ke laut. Sebelum dia melemparnya, dia melihat bambunya dengan seksama.
“Aku rasa ini bambu yang sama yang aku lempar tadi. Kenapa bambunya bisa ada di sini lagi?” Pak Inda kebingungan.
Lalu dia melempar bambunya ke laut. Dengan ajaib, bambuya tetap kembali ke padanya. Dia sadar kalau bambu ini berbeda dengan bambu yang lain jadi dia membawa bambu itu pulang. Di rumah, pak Inda menceritakan istrinya tentang bambu tadi. Bu Tumina menyarankannya untuk meletakan bambunya di sebuha kotak. Mereka meletakan kotaknya di kamar mereka. Pada pagi harinya, mereka mendengar suara bayi menangis. Pak inda dan Bu Tumina mencari ke mana-mana untuk menemukan bayinya. Akhirnya mereka menemukan seorang bayi perempuan di dlama kotak dimana mereka menyimpan bambu itu. Namun bambunya menghilang.
Pak Inda dan Bu Tumina sangat senang. Mereka menamakan bayi perempuan itu Putri Pinang Gading. Pak Inda dan Bu Tumina merawatnya dengan rasa cinta yang besar. Meskipun Putri Pinang Gading adalah anak mereka satu-satunya, mereka tidak memanjakannya.
Mereka mengajarkannya untuk jadi mandiri. Mereka juga mengajarkannya cara melindungi diri dari binatang buas. Itulah mengapa Putri Pinang Gading tumbuh sebagai gadis yang hebat. Suatu hari, seekor burung raksasa menyerang desa mereka. Burung itu sungguh liar. Burung itu melukai banyak orang. Tak ada yang berani membunuh burung itu. Putri Pinang Gading sadar kalau dia harus melakukan sesuatu. Dia ingin membunuh burung itu.
“Berhati-hatilah putriku. Kami sangat mencintaimu dan kami tidak ingin sesuatu yang buruk menimpamu. Ini, ambilah panah ini. Panah ini beracun dan dapat membunuh burung itu. Tancapkan saja di jantung burung itu,” kata Pak Inda.
Dia tahu putrinya bisa melakukannya.
Dia sangat ahli dengan panah. Putri Pinang Gading pergi ke desa. Dia menantikan burung itu. Para penduduk desa ketakutan. Mereka meminta Putri Pinang Gading untuk berhati-hati. Tiba-tiba, burung raksasa itu terbang tepat di atas kepalanya. Burung itu berusaha menyerangnya. Putri Pinang Gading lalu menyiapkan panahnya. Dia menembak kearah jantung burung itu.
Wuuussss! Panah itu mengenai jantung burung itu! Burung itu jatuh ke tanah dan langsung mati. Para penduduk desa sangat gembira. Mereka berterima kasih kepada Putri Pinang Gading atas aksinya. Di tanah tempat burung raksasa itu jatuh, tanaman-tanaman bambu tumbuh. Bambu itu beracun. Kemudia para penduduk desa menamakan tempat itu Membalong. Yang artinya bambu beracun. Membalong adalah sebuah kecamatan di Bangka Belitung.
Cerita Putri Pinang Gading dalam bahasa inggris diatas menceritakan tentang seorang putri yang berasal dari sebuah bambu yang didapatkan seorang nelayan. Walaupun putri pinang gading berasal dari bambu, kedua orang tuanya tetap menyayanginya dan mengajarkan untuk hidup mandiri. Sang putri pun menjadi wanita yang kuat dan tidak bergantung pada orang lain. Ketika seekor burung menyerang desa, putri pinang gading pun menjadi putri pemberani yang berhasil memanah sang burung hingga jatuh ke tanah. Dari tanah tempat si burung terjatuh tersebut, tumbuh bambu beracun yang dikenal dengan nama Membalong.
Dari cerita di atas, ada dua pesan moral yang dapay di petik yaitu, keutamaan sifat pemberani dan pandai menghargai sesuatu.
Pertama, keutamaan sifat pemberani. sifat pemberani yang dimaksud adalah berani karna benar, berani pada kebaikan dan berani menegakan keadilan. sifat pemberani ini tercermin pada perilaku purti pinang gading yang berhasil membinasakan burung gerude yang besar dan ganas itu, walaupun ia hanya seorang perempuan. dari sini dapat kita ambil sebuah pelajaran bahwa hendaknya orang tua membekali anak-anaknya dengan berbagai keterampilan sejak masih kecil.
Kedua, sifat pandai menghargai sesuatu. sifat ini tercermin pada perilaku pak inda. pada mulanya, ia menganggap bahwa sepotong bambu itu tidak bermanfaat. namu setelah berfikir, ia pun menyadari bahwa bambu itu berguna untuk dijadikan sebagai pemikul. bahkan, suatu hal yang tidak pernah terduga, bahwa bambu itu menjelma menjadi seorang bayi perempuan. dari sini dapat diambil sebuah pelajaran bahwa jika kita mendapatkan sesuatu benda, hendaknya tidak melihat dari segi fisiknya, tetap memikirkan manfaat yang dapat diambil dari benda tersebut.

No comments:

Post a Comment