BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalampengetahuan kebahasaan kita
mengenal istilah mendengar, mendengarkan
dan menyimak. Ketiga kata ini tentu mempunyai makna yang berbeda. Secara
sekilas, mendengar adalah proses kegiatan menerima bunyi-bunyi yang dilakukan
tanpa sengaja atau secara kebetulan saja.
Contoh : Saat anda mengikuti kegiatan perkuliahan, anda mendengar
benda jatuh. Anda menoleh ke arah suara benda tadi. Anda tidak melihat apa-apa
kemudian anda melanjutkan
kembali kegiatannya.
Mendengarkan adalah proses kegiatan
menerima bunyi bahasa yang dilakukandengan sengaja tetapi belum ada unsur
pemahaman.Sedangkan menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi
untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan (H.G.Tarigan).
Contoh : Pada saat belajar bahasa Indonesia, saya menyimaknya dengan
sungguh-sungguh. Sambil menyimak, saya mencatat hal-hal penting yang ada
kaitannya dengan isi pembicaraan. Tanpa saya sadari, sesekali saya
mengangguk-anggukkan kepala karena saya memahami apa yang telah dijelaskan.
Saat dosen memberi
kesempatan untuk bertanya, saya bertanya apa yang belum saya pahami. Sebelum
berakhir,saya merasa puas mengenai pembelajaran yang telah dibahas.
Setelah membaca dan memahami ketiga
kata dan contoh di atas, maka penulis
berkelanjutan mengajak para mahasiswa untuk memahami
konsep atau pengetahuan istilah menyimak. dengan mencoba menyajikan karya tulis yang berbentuk makalah
yang berjudul “Proses tahap, tujuan menyimak dan hal-hal yang perlu disimak’’.
1.2
Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini kami mempunyai beberapa rumusan
masalah antara lain :
1.
Bagaimanakah
proses menyimak?
2.
Bagaimanakah
tahap-tahap menyimak?
3.
Apakah
tujuan menyimak?
4.
Apa
sajakah hal-hal yang perlu disimak?
1.3Tujuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
mata kuliah menyimak.Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan
daerah;
2.
Untuk
mengetahui bagaimana proses menyimak;
3.
Untuk
memahami bagaimana tahap-tahap dalam menyimak;
4.
Untuk
memahami tujuan menyimak;
5.
Untuk
mengetahui hal-hal apa sajakah yang perlu disimak;
6.
Untuk
referensi bagi rekan mahasiswa.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menambah ilmu pengetahuan, sebab menyimak memiliki nilai
informatif, yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita
lebih berpengalaman;
2.
Meningkatkan
intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan;
3.
Orang
yang banyak menyimak komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata-kata yang
digunakan pun lebih variatif jika dibandingkan dengan orang yang jarang
menyimak;
4.
Memperluas
wawasan, serta membina sifat terbuka dan objektif. Orang cenderung lebih lapang
dada, dapat menghargai pendapat dan keberadaan orang lain;
5.
Meningkatkan
citra artistik jika yang kita simak itu merupakan bahan simakan yang isinya
halus dan bahasanya menarik. Menyimak dapat menumbuhsuburkan sikap apresiatif,
sikap menghargai karya atau pendapat orang lain, serta dapat meningkatkan
selera estetis kita;
6.
Menggugah
kreativitas dan semangat mencipta kita untuk menghasilkan ujaran-ujaran dan
tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak, kita akan mendapatkan
ide-ide cemerlang dan segar, selain itu kita juga mendapatkan pengalaman hidup
yang berharga. Semua itu akan mendorong kita giat dan kreatif dalam berkarya.
BAB
II
PROSES,
TAHAP, TUJUAN MENYIMAK DAN HAL-HAL YANG PERLU DISIMAK
2.1 Proses Menyimak
Menyimak adalah suatu kegiatan yang
merupakan suatu proses. Dalam proses menyimak pun terdapat tahap-tahap, antara
lain:
1. Tahap
Mendengar; dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang di kemukakan
oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaraanya. Jadi, kita masih berada dalam
tahap hearing.
2. Tahap
Memahami;setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti
atau memahami dengan baik isi
pembicaraan yang di sampaikan oleh pembicara. Kemudian, sampailah kita dalam
tahap understanding.
3. Tahap
Menginterpretasi; penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum puas jika
hanya mendengar isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir
pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu; dengan demikian, sang
penyimak telah tiba pada tahap interpreting.
4. Tahap
Mengevaluasi; setelah memahami serta dapat menafsir atau menginterpretasikan
isi pembicaraan, penyimakpun mulailah menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai keunggulan dan
kelemahan serta kebaikan dan kekurangan pembicara; dengan demikian, sudah
sampai pada tahap evaluating.
5. Tahap
Menanggapi; tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak.
Penyimak menyambut, mencamkan, dan menyerat serta menerima gagasan atau ide
yang di kemukakan pembicara. Lalu penyimakpun sampailah pada tahap menanggapi (responding). (logan [et
all], 1972 :39: Loban [et all,1969 : 243).
2.2
Tahap-tahap Menyimak
Hakikat menyimak adalah menerima informasi dari
pembicara dan menyusun atau menafsirkan maksud yang terkandung dalam bahan
simakan serta mengapresiasikannya. Menyimak bisa dikategorikan berdasarkan
maksud dan tujuannya.
Ruth
G. Strickland mengemukakan 9 tahapan menyimak berdasarkan
pengamatannya terhadap
para siswa sekolah dasar dan Anderson (1972 dalam
Tarigan, 1980:31).
Kesembilan tahap itu, dapat dilukiskan sebagai berikut.
1.
Menyimak berkala, terjadi pada saat
penyimak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.
2.
Menyimak dengan perhatian dangkal,
terjadi pada saat penyimak mendapat gangguan/selingan-selingan perhatian
terhadap hal-hal di luar pembicaraan.
3.
Setengah menyimak, terjadi pada saat
penyimak terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan atau mengekpresikan isi
hati, mengutarakan apa yang terpendam di dalam hatinya.
4.
Menyimak serapan, terjadi karena
penyimak asyik menyerap atau memperhatikan hal-hal yang kurang penting.
5.
Menyimak sekali-sekali, terjadi karena
penyimak hanya memperhatikan danmenyimpan perkataanpembicara yang menarik
hatinya saja.
6.
Menyimak asosiatif, terjadi karena
penyimak hanya mengingat pengalaman- pengalaman pribadi secara konstan yang
mengakibatkan ia tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan
pembicara.
7.
Menyimak dengan reaksiberkala, terhadap
pembicara dengan memberi komentar
ataupun mengajukan pertanyaan
8.
Menyimak secara saksama, dengan
sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran pembicara (Strickland, 1957: (Dawson
[at all] 1963:154)
Menurut Hunt, ada 7 tahapan dalam
menyimak yaitu :
1.
Isolasi (pemisahan/memisahkan)
Isolasi
yang dimaksud dalam tahapan ini ialah sang penyimak harus bisa mencatat
aspek-aspek kata lisan yang disimak dan mampu memisahkan atau mengisolasikan
bunyi-bunyi, ide-ide, fakta-fakta, organisasi-organisasi khusus yang
dilontarkan oleh pembicara itu sendiri.
Pada
tahapan ini juga sang penyimak harus bisa menyikapi hal-hal yang dianggap
menggaggu agar mencapai proses
penyimakan yang baik dan benar. Dalam tahap inilah, sang penyimak mampu
mengisolasikan hal-hal atau sesuatu yang disimak. Hal itu dilakukan agar bisa
mengambil dan mengutip hasil yang baik dan benar didalam proses menyimak..
Contoh
:
Ketika
seseorang menyimak sebuah berita disebuah station televisi, sang penyimak
mencatat hal-hal yang dianggap penting dan membedakan setiap bunyi atau suara
yang dilontarkan oleh pembicara itu sendiri.
2.
Identifikasi (menentukan atau
menetapkan)
Dalam
tahapan menyimak ini. Seseorang mampu mendata, mencatat apa yang sedang
dibicarakan tentang hal-hal yang dianggap penting dan bermanfaat bagi kita.
Dalam hal ini apabila stimulus tertentu sudah dapat dikenal atau kita ketahui
maka suatu makna atau identitas pun bisa kita tetapkan atau diberikan kepada
setiap butir-butir atau hal-hal yang berdikari atau berdiri sendiri itu.
3.
Integrasi (Penyatuan/menyatukan)
Pada
tahapan ini, kita harus bisa menyesuaikan atau menyatupadukan sesuatu yang kita
dapatkan sekarang dengan informasi lain yang telah miliki yang telah tersimpan
dan terekam dalam memori atau otak kita sebelumnya. Hal ini dilakukan agar kita
bisa mendapatkan hasil penyimakan yang lebih baik dan akurat.
Hal
ini bermaksud, agar mampu menyesuaikan atau membandingkan hasil penyimakan
dengan informasi yang telah kita ketahui sebelumnya.
Contoh
: ketika kita menyimak sebuah pidato/pengumuman, kita biasanya akan melakukan
penyimakan dengan baik. Akan tetapi pengumuman tersebut masih membutuhkan
penjelasan dan gambaran yang lebih jelas lagi. Nah disitu kita akan mampu
menyatukan/membandingkan antara informasi yang didapat pada yang pertama dengan
informasi yang didapat kemudian(yang dihadapi).
4.
Inspeksi
Pada
tahap ini, ketika kita mendapat informasi-informasi baru yang kita terima atau
yang kita dapatkan, kita bisa membandingkan atau memeriksa kembali dengan
informasi yang telah kita miliki sebelumnya yang berkaitan dengan hal tersebut.
Hal ini kita lakukan agar supaya kita bisa mengetahui mana yang bisa kita
gunakan dan mana yang tidak layak untuk kita lakukan.
Dalam
tahapan ini sebenarnya memiliki sedikit kesamaan dengan tahapan integrasi,
hanya saja dalam tahapan ini kita dituntun untuk mampu memeriksa dan menilai
kembali informasi yang kita dapatkan
dengan pengetahuan kita sendiri.Contoh : ketika orang tua/orang lain memberikan
pengertian(motivasi) kepada kita, kita kadang tidak sepenuhnya langsung melakukannya, kita harus bisa membandingkan
dan memikirkan(menilai) apakah mampu kita lakukan atau pantas(baik) untuk kita
terapkan.
5.
Interpretasi
Pada
tahap ini, kita secara aktif mengevaluasi sesuatu yang kita dengar dan
menelusuri dari mana datangnya semua informasi itu. Dalam kegiatan penyimakan
ini juga kita bisa memberikan kesan atau pendapat kita agar dalam proses
evaluasi bisa terlaksana dengan baik, tidak dengan secara setengah-setengah.
Dalam
tahapan ini bermaksud, bahwa ketika kita dalam proses kegiatan penyimakan, kita
boleh meluangkan segala pendapat atau
opini kita, namun tidak menegahi atau membantah ketika orang sedang berbicara.
Hal ini dilakukan agar supaya didalam proses perbandingan atau pengevaluasian
bisa mendaptkan hasil yang maksimal dan baik. Dalam arti tidak secara bertahap
atau setengah-setengah.
6.
Interpolasi
Pada
tahapan ini, selama proses penyimakan kita tidak ada pesan yang membawa makna
dalam atau berguna dan memberi informasi yang bermanfat bagi kita, maka
tanggung jawab kita sendiri untuk menyediakan serta memberikan data-data dan
ide-ide penunjang dari latar belakang pengetahuan dan pengalaman kita sendiri
untuk mengisi serta memenuhi butir-butir pesan yang kita dengar.
Dalam
tahapan ini bermaksud, bahwa ketika informasi yang didapatkan atau yang disimak
tidak berguna atau tidak lengkap menurut kita, maka untuk menyempurnakannya,
kita harus menyediakan serta memberikan informasi atau ide-ide penunjang yang
berkaitan dengan hal-hal yang kita simak, agar informasi yang kita anggap tidak
lengkap tadi bisa terlengkapi dan terisi dengan baik dan secara sempurna. Contoh
: kita melakukan penyimakan melalui Televisi atau radio, akan tetapi informasi
yang disampaikan tidak mampu kita pahami dan dicerna, akan tetapi informasi
tersebut mampu kita nilai atau telusuri dengan pemahaman atau pengalaman yang
telah ada dalam otak kita sebelunya. Jadi, ketika ada orang lain yang menanyaka
tentang informasi tersebut, kita tidak kebingungan lagi menyampaikannya.
7.
Intropeksi
Setelah
kita melakukan proses penyimakan, kita bisa menilai serta menguji
informasi-informasi yang baru kita dapatkan, dengan pengalaman atau pengetahuan
yang kita miliki, agar kita bisa menerapkan dan melakukannya pada keadaaan
maupun situasi kita sendiri. Baik di lingkungan sosial maupun di lingkungan
keluarga terdekat kita.
Perbedaan
tahap-tahap menyimak itu mencerminkan perbedaan tingkat keterlibatan seseorang
terhadap isi pembicaraan seorang pembicara.Semakin seseorang terlibat jauh
dalam proses menyimak maka semakin besar pula bahan simakan yang didapat dan
semakin besar konsentrasi seseorang dalam menyimak makapemahaman terhadap bahan
simakan juga semakin jelas.
2.3
Tujuan Menyimak
Memang tujuan orang menyimak
sesuatu itu beraneka ragam.Pada dasarnya menyimak itu dapat kita pandang dari
berbagai segi, misalnya sebagai sarana, sebagai suatu keterampilan
berkomunikasi, sebagai seni, sebagai proses, sebagai suatu responsi, dan
sebagai pengalaman kreatif. Berikut adalah tujuan menyimak antara lain:
1. Menyimak
untuk belajar; ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat
memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicaraan dengan kata lain, orang
tersebut menyimak untuk belajar;
2. Menyimak
untuk menikmati; ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan
terhadap sesuatu dari materi yang di ujarkan atau diperdengarkan dengan kata
lain, orang tersebut menyimak untuk menikmati keindahan audial;
3. Menyimak
untuk mengevaluasi; ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat
menilai sesuatu yang dia simak itu baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur,
logis-tak logis, dan lain lain;
4. Menyimak
untuk mengapresiasi; ada orang yang menyimak agar dia dapat menikmati serta
menghargai sesuatu yang disimaknya itu misalnya, pembicaraan cerita, pembacaan
puisi, misik dan lagu, dialog, diskusi panel dan perdebatan;
5. Menyimak
untuk mengomunikasikan ide-ide; ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia
dapat mengomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan ataupun perasaan-perasaan
kepada orang lain dengan lancer dan tepat. Banyak contoh dan ideyang dapat
diperol,eh dari sang pembicara dan semua ini meerupakan bahan penting dan
sangat menunjang dalam mengomunikasikan ide-idenya sendiri.
6. Menyimak
untuk membedakan bunyi-bunyi; ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan
tujuan agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang
membedakan arti (distingtif), mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya,
ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik
mendengarkan ujaran pembicaraan asli (native
speaker);
7. Menyimak
untuk memecahkan masalah; ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dia
dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari pembicaraan,
dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga;
8. Menyimak
untuk meyakinkan; selanjutnya, ada lagi orang yang tekun menyimak pembicaraan
untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini
ia ragukan. Dengan kata lain, dia menyimak secara persuasif. (disarikan dari:
Logan [at all], 1972: 42; Shrope, 1979 : 261).
2.4
Hal-hal yang Perlu Disimak
Khusus mengenai bahasa, lebih-lebih bahasa asing, para
pelajar haruslah menyimak seerta mengenal dan memahami hal-hal berikut ini
(karena sama mengandung makna):
1.
Bunyi-bunyi fonemis atau bunyi-bunyi
distingtif bahasa yang bersangkutan, dan pada akhirnya variasi-variasi fonem
yang bersifat personal atau dialek seperti dipakai atau di ucapkan oleh
beberapa pembicara asli, penduduk pribumi;
2.
Urutan-urutan bunyi beserta
pengelompokan-pengelompokannya; panjangnya jeda; pola-pola intonasi;
3.
Kata-kata tugas beserta
perubahan-perubahan bunyi sesuai dengan posisinya di depan kata-kata lain,
(misalnya a boy, an animal; the/dU/boy,the/di/apple)
dalam bahasa Inggris;
4.
Infeksi-infeksi untuk menunjukan jamak,
waktu, milik, dan sebagainya;
5.
Perubahan-perubahan bunyi dan
pertukaran-pertukaran fungsi yang ditimbulkan oleh derivasi, misalnya adil,
keadilan, pengadilan, mengadili, dan diadili dalam bahasa Indonesia;
6.
Pengelompokan-pengelompokan structural,
misalnya yang berhubungan dengan frasa-frasa verbal, preposisional;
7.
Petunjuk-petunjuk urutan kata yang
menyangkut fungsi dan makna;
8.
Makna kata-kata yang bergantung pada
konteks atau situasi pembicaraan, misalnya: kaki
meja, kaki gunung, kaki tangan musuh, tingginya seribu kaki, dan sop kak;
9.
Kata-kata salam, kata-kata sapaan,
kata-kata pendahuluan, dan kata-kata yang terdapat dalam ujaran atau
pembicaraan;
10.
Makna budaya (curtural meaning) yang terkandung atau tersirat dalam suatu pesan
atau ujaran.
Pemahaman
atau penguraian isi sandi suatu pesan atau aliran ujaranakan bergantung pada
kebiasaan atau keakraban para pelajar dengan setiap unsur pada pendugaannya
atas semua itu dalam berbagai situasi karena dia telah mendengarnya berkali-kali
dalam kombinasi yang berbeda-beda dan dalam berbagai situasi yang cocok dan
pantas (finocchiaro& bonomo,1973
: 106 – 7).
BAB
III
SIMPULAN
Menyimak adalah suatu proses mendengarkan bunyi bahasa,
mengidentifikasi, menafsirkan, menilai, dan mereaksi makna. Dalam menyimak pun
terdapat tahap-tahap antara lain tahap mendengar, tahap memahami, tahap
menginterpretasi, tahap mengevaluasi, dan tahap menanggapi.
Ruth G. Strickland juga
menyimpulkan adanya Sembilan tahap menyimak, mulai dari yang tidak berketentuan
sampai yang amat bersungguh-sungguh antara lain menyimak berkala, menyimak
dengan perhatian dangkal, setengah menyimak, menyimak serapan, menyimak
sekali-sekali, menyimak asosiatif, menyimak dengan reaksi berkala, menyimak
secara saksama, menyimak secara aktif.
Khusus mengenal bahasa, lebih-lebih
bahasa asing, para mahasiswa harus menyimak serta mengenal dan memahami hal-hal
antara lain bunyi-bunyi fonemis atau bunyi-bunyi distingtif, urutan-urutan
bunyi, kata-kata tugas, infeksi-infeksi, perubahan-perubahan bunyi,
pengelompokan-pengelompokan struktural, petunjuk-petunjuk urutan, makna
kata-kata, kata-kata salam, makna budaya (cultural meaning).
Dari uraian di atas menjelaskan bahwa menyimak dalam
kehidupann sehari-hari sangatlah penting karena dengan menyimak kita dapat
memperoleh informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Begitu juga dalam
lingkungan pendidikan, menyimak mempunyai peranan penting karena dengan
menyimak mahasiswa dapat menerima dan menghargai pendapat orang lain. Tujuan
utama dari menyimak itu sendiri menangkap dan memahami. Oleh sebab itu dalam
pembelajaran menyimak memerlukan latihan-latihan yang intensif serta contoh
kalimat yang intensif.
DAFTAR
PUSTAKA
Tarigan,
H.G. 2008.Menyimak Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
No comments:
Post a Comment