Tuesday, December 20, 2016

PROSES, TAHAP, TUJUAN MENYIMAK DAN HAL-HAL YANG PERLU DISIMAK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Dalampengetahuan kebahasaan kita mengenal istilah mendengar, mendengarkan dan menyimak. Ketiga kata ini tentu mempunyai makna yang berbeda. Secara sekilas, mendengar adalah proses kegiatan menerima bunyi-bunyi yang dilakukan tanpa sengaja atau secara kebetulan saja.
Contoh : Saat anda mengikuti kegiatan perkuliahan, anda mendengar benda jatuh. Anda menoleh ke arah suara benda tadi. Anda tidak melihat apa-apa kemudian anda melanjutkan kembali kegiatannya.
Mendengarkan adalah proses kegiatan menerima bunyi bahasa yang dilakukandengan sengaja tetapi belum ada unsur pemahaman.Sedangkan menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (H.G.Tarigan).
Contoh : Pada saat belajar bahasa Indonesia, saya menyimaknya dengan sungguh-sungguh. Sambil menyimak, saya mencatat hal-hal penting yang ada kaitannya dengan isi pembicaraan. Tanpa saya sadari, sesekali saya mengangguk-anggukkan kepala karena saya memahami apa yang telah dijelaskan. Saat dosen memberi kesempatan untuk bertanya, saya bertanya apa yang belum saya pahami. Sebelum berakhir,saya merasa puas mengenai pembelajaran yang telah dibahas.
Setelah membaca dan memahami ketiga kata dan contoh di atas, maka  penulis berkelanjutan mengajak  para mahasiswa untuk memahami konsep atau pengetahuan  istilah menyimak. dengan mencoba menyajikan karya tulis yang berbentuk makalah yang berjudul “Proses tahap, tujuan menyimak dan hal-hal yang perlu disimak’’.

1.2 Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini kami mempunyai beberapa rumusan masalah antara lain :

1.      Bagaimanakah proses menyimak?
2.      Bagaimanakah tahap-tahap menyimak?
3.      Apakah tujuan menyimak?
4.      Apa sajakah hal-hal yang perlu disimak?

1.3Tujuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah menyimak.Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan daerah;
2.      Untuk mengetahui bagaimana proses menyimak;
3.      Untuk memahami bagaimana tahap-tahap dalam menyimak;
4.      Untuk memahami tujuan menyimak;
5.      Untuk mengetahui hal-hal apa sajakah yang perlu disimak;
6.      Untuk referensi bagi rekan mahasiswa.

1.4  Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Menambah ilmu pengetahuan, sebab menyimak memiliki nilai informatif, yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita lebih berpengalaman;
2.      Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan;
3.      Orang yang banyak menyimak komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata-kata yang digunakan pun lebih variatif jika dibandingkan dengan orang yang jarang menyimak;
4.      Memperluas wawasan, serta membina sifat terbuka dan objektif. Orang cenderung lebih lapang dada, dapat menghargai pendapat dan keberadaan orang lain;
5.      Meningkatkan citra artistik jika yang kita simak itu merupakan bahan simakan yang isinya halus dan bahasanya menarik. Menyimak dapat menumbuhsuburkan sikap apresiatif, sikap menghargai karya atau pendapat orang lain, serta dapat meningkatkan selera estetis kita;
6.      Menggugah kreativitas dan semangat mencipta kita untuk menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak, kita akan mendapatkan ide-ide cemerlang dan segar, selain itu kita juga mendapatkan pengalaman hidup yang berharga. Semua itu akan mendorong kita giat dan kreatif dalam berkarya.

BAB II
PROSES, TAHAP, TUJUAN MENYIMAK DAN HAL-HAL YANG PERLU DISIMAK


2.1 Proses Menyimak
            Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam proses menyimak pun terdapat tahap-tahap, antara lain:

1.      Tahap Mendengar; dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang di kemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaraanya. Jadi, kita masih berada dalam tahap hearing.
2.      Tahap Memahami;setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang di sampaikan oleh pembicara. Kemudian, sampailah kita dalam tahap understanding.
3.      Tahap Menginterpretasi; penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum puas jika hanya mendengar isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu; dengan demikian, sang penyimak telah tiba pada tahap interpreting.
4.      Tahap Mengevaluasi; setelah memahami serta dapat menafsir atau menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimakpun mulailah menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai keunggulan dan kelemahan serta kebaikan dan kekurangan pembicara; dengan demikian, sudah sampai pada tahap evaluating.
5.      Tahap Menanggapi; tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak. Penyimak menyambut, mencamkan, dan menyerat serta menerima gagasan atau ide yang di kemukakan pembicara. Lalu penyimakpun sampailah pada tahap menanggapi (responding). (logan [et all], 1972 :39: Loban [et all,1969 : 243).


2.2 Tahap-tahap Menyimak
Hakikat  menyimak adalah menerima informasi dari pembicara dan menyusun atau menafsirkan maksud yang terkandung dalam bahan simakan serta mengapresiasikannya. Menyimak bisa dikategorikan berdasarkan maksud dan tujuannya.
Ruth G. Strickland mengemukakan 9 tahapan menyimak berdasarkan
pengamatannya terhadap para siswa sekolah dasar dan Anderson (1972 dalam
Tarigan, 1980:31). Kesembilan tahap itu, dapat dilukiskan sebagai berikut.
1.      Menyimak berkala, terjadi pada saat penyimak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.
2.      Menyimak dengan perhatian dangkal, terjadi pada saat penyimak mendapat gangguan/selingan-selingan perhatian terhadap hal-hal di luar pembicaraan.
3.      Setengah menyimak, terjadi pada saat penyimak terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan atau mengekpresikan isi hati, mengutarakan apa yang terpendam di dalam hatinya.
4.      Menyimak serapan, terjadi karena penyimak asyik menyerap atau memperhatikan hal-hal yang kurang penting.
5.      Menyimak sekali-sekali, terjadi karena penyimak hanya memperhatikan danmenyimpan perkataanpembicara yang menarik hatinya saja.
6.      Menyimak asosiatif, terjadi karena penyimak hanya mengingat pengalaman- pengalaman pribadi secara konstan yang mengakibatkan ia tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan pembicara.
7.      Menyimak dengan reaksiberkala, terhadap pembicara  dengan memberi komentar ataupun mengajukan pertanyaan
8.      Menyimak secara saksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran pembicara (Strickland, 1957: (Dawson [at all] 1963:154)

Menurut Hunt, ada 7 tahapan dalam menyimak yaitu :         
1.      Isolasi (pemisahan/memisahkan)
Isolasi yang dimaksud dalam tahapan ini ialah sang penyimak harus bisa mencatat aspek-aspek kata lisan yang disimak dan mampu memisahkan atau mengisolasikan bunyi-bunyi, ide-ide, fakta-fakta, organisasi-organisasi khusus yang dilontarkan oleh pembicara itu sendiri.
Pada tahapan ini juga sang penyimak harus bisa menyikapi hal-hal yang dianggap menggaggu  agar mencapai proses penyimakan yang baik dan benar. Dalam tahap inilah, sang penyimak mampu mengisolasikan hal-hal atau sesuatu yang disimak. Hal itu dilakukan agar bisa mengambil dan mengutip hasil yang baik dan benar didalam proses menyimak..
Contoh :
Ketika seseorang menyimak sebuah berita disebuah station televisi, sang penyimak mencatat hal-hal yang dianggap penting dan membedakan setiap bunyi atau suara yang dilontarkan oleh pembicara itu sendiri.

2.      Identifikasi (menentukan atau menetapkan)
Dalam tahapan menyimak ini. Seseorang mampu mendata, mencatat apa yang sedang dibicarakan tentang hal-hal yang dianggap penting dan bermanfaat bagi kita. Dalam hal ini apabila stimulus tertentu sudah dapat dikenal atau kita ketahui maka suatu makna atau identitas pun bisa kita tetapkan atau diberikan kepada setiap butir-butir atau hal-hal yang berdikari atau berdiri sendiri itu.

3.      Integrasi (Penyatuan/menyatukan)
Pada tahapan ini, kita harus bisa menyesuaikan atau menyatupadukan sesuatu yang kita dapatkan sekarang dengan informasi lain yang telah miliki yang telah tersimpan dan terekam dalam memori atau otak kita sebelumnya. Hal ini dilakukan agar kita bisa mendapatkan hasil penyimakan yang lebih baik dan akurat.
Hal ini bermaksud, agar mampu menyesuaikan atau membandingkan hasil penyimakan dengan informasi yang telah kita ketahui sebelumnya.
Contoh : ketika kita menyimak sebuah pidato/pengumuman, kita biasanya akan melakukan penyimakan dengan baik. Akan tetapi pengumuman tersebut masih membutuhkan penjelasan dan gambaran yang lebih jelas lagi. Nah disitu kita akan mampu menyatukan/membandingkan antara informasi yang didapat pada yang pertama dengan informasi yang didapat kemudian(yang dihadapi).

4.      Inspeksi
Pada tahap ini, ketika kita mendapat informasi-informasi baru yang kita terima atau yang kita dapatkan, kita bisa membandingkan atau memeriksa kembali dengan informasi yang telah kita miliki sebelumnya yang berkaitan dengan hal tersebut. Hal ini kita lakukan agar supaya kita bisa mengetahui mana yang bisa kita gunakan dan mana yang tidak layak untuk kita lakukan.
Dalam tahapan ini sebenarnya memiliki sedikit kesamaan dengan tahapan integrasi, hanya saja dalam tahapan ini kita dituntun untuk mampu memeriksa dan menilai kembali  informasi yang kita dapatkan dengan pengetahuan kita sendiri.Contoh : ketika orang tua/orang lain memberikan pengertian(motivasi) kepada kita, kita kadang tidak sepenuhnya langsung  melakukannya, kita harus bisa membandingkan dan memikirkan(menilai) apakah mampu kita lakukan atau pantas(baik) untuk kita terapkan.

5.      Interpretasi
Pada tahap ini, kita secara aktif mengevaluasi sesuatu yang kita dengar dan menelusuri dari mana datangnya semua informasi itu. Dalam kegiatan penyimakan ini juga kita bisa memberikan kesan atau pendapat kita agar dalam proses evaluasi bisa terlaksana dengan baik, tidak dengan secara setengah-setengah.
Dalam tahapan ini bermaksud, bahwa ketika kita dalam proses kegiatan penyimakan, kita boleh meluangkan segala  pendapat atau opini kita, namun tidak menegahi atau membantah ketika orang sedang berbicara. Hal ini dilakukan agar supaya didalam proses perbandingan atau pengevaluasian bisa mendaptkan hasil yang maksimal dan baik. Dalam arti tidak secara bertahap atau setengah-setengah.

6.      Interpolasi
Pada tahapan ini, selama proses penyimakan kita tidak ada pesan yang membawa makna dalam atau berguna dan memberi informasi yang bermanfat bagi kita, maka tanggung jawab kita sendiri untuk menyediakan serta memberikan data-data dan ide-ide penunjang dari latar belakang pengetahuan dan pengalaman kita sendiri untuk mengisi serta memenuhi butir-butir pesan yang kita dengar.
Dalam tahapan ini bermaksud, bahwa ketika informasi yang didapatkan atau yang disimak tidak berguna atau tidak lengkap menurut kita, maka untuk menyempurnakannya, kita harus menyediakan serta memberikan informasi atau ide-ide penunjang yang berkaitan dengan hal-hal yang kita simak, agar informasi yang kita anggap tidak lengkap tadi bisa terlengkapi dan terisi dengan baik dan secara sempurna. Contoh : kita melakukan penyimakan melalui Televisi atau radio, akan tetapi informasi yang disampaikan tidak mampu kita pahami dan dicerna, akan tetapi informasi tersebut mampu kita nilai atau telusuri dengan pemahaman atau pengalaman yang telah ada dalam otak kita sebelunya. Jadi, ketika ada orang lain yang menanyaka tentang informasi tersebut, kita tidak kebingungan lagi menyampaikannya.

7.      Intropeksi
Setelah kita melakukan proses penyimakan, kita bisa menilai serta menguji informasi-informasi yang baru kita dapatkan, dengan pengalaman atau pengetahuan yang kita miliki, agar kita bisa menerapkan dan melakukannya pada keadaaan maupun situasi kita sendiri. Baik di lingkungan sosial maupun di lingkungan keluarga terdekat kita.

Perbedaan tahap-tahap menyimak itu mencerminkan perbedaan tingkat keterlibatan seseorang terhadap isi pembicaraan seorang pembicara.Semakin seseorang terlibat jauh dalam proses menyimak maka semakin besar pula bahan simakan yang didapat dan semakin besar konsentrasi seseorang dalam menyimak makapemahaman terhadap bahan simakan juga semakin jelas.

2.3 Tujuan Menyimak

Memang tujuan orang menyimak sesuatu itu beraneka ragam.Pada dasarnya menyimak itu dapat kita pandang dari berbagai segi, misalnya sebagai sarana, sebagai suatu keterampilan berkomunikasi, sebagai seni, sebagai proses, sebagai suatu responsi, dan sebagai pengalaman kreatif. Berikut adalah tujuan menyimak antara lain:
1.      Menyimak untuk belajar; ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicaraan dengan kata lain, orang tersebut menyimak untuk belajar;
2.      Menyimak untuk menikmati; ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang di ujarkan atau diperdengarkan dengan kata lain, orang tersebut menyimak untuk menikmati keindahan audial;
3.      Menyimak untuk mengevaluasi; ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai sesuatu yang dia simak itu baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain lain;
4.      Menyimak untuk mengapresiasi; ada orang yang menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai sesuatu yang disimaknya itu misalnya, pembicaraan cerita, pembacaan puisi, misik dan lagu, dialog, diskusi panel dan perdebatan;
5.      Menyimak untuk mengomunikasikan ide-ide; ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat mengomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan ataupun perasaan-perasaan kepada orang lain dengan lancer dan tepat. Banyak contoh dan ideyang dapat diperol,eh dari sang pembicara dan semua ini meerupakan bahan penting dan sangat menunjang dalam mengomunikasikan ide-idenya sendiri.
6.      Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi; ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti (distingtif), mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya, ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicaraan asli (native speaker);
7.      Menyimak untuk memecahkan masalah; ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari pembicaraan, dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga;
8.      Menyimak untuk meyakinkan; selanjutnya, ada lagi orang yang tekun menyimak pembicaraan untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini ia ragukan. Dengan kata lain, dia menyimak secara persuasif. (disarikan dari: Logan [at all], 1972: 42; Shrope, 1979 : 261).

2.4 Hal-hal yang Perlu Disimak
            Khusus mengenai bahasa, lebih-lebih bahasa asing, para pelajar haruslah menyimak seerta mengenal dan memahami hal-hal berikut ini (karena sama mengandung makna):
1.      Bunyi-bunyi fonemis atau bunyi-bunyi distingtif bahasa yang bersangkutan, dan pada akhirnya variasi-variasi fonem yang bersifat personal atau dialek seperti dipakai atau di ucapkan oleh beberapa pembicara asli, penduduk pribumi;
2.      Urutan-urutan bunyi beserta pengelompokan-pengelompokannya; panjangnya jeda; pola-pola intonasi;
3.      Kata-kata tugas beserta perubahan-perubahan bunyi sesuai dengan posisinya di depan kata-kata lain, (misalnya a boy, an animal; the/dU/boy,the/di/apple) dalam bahasa Inggris;
4.      Infeksi-infeksi untuk menunjukan jamak, waktu, milik, dan sebagainya;
5.      Perubahan-perubahan bunyi dan pertukaran-pertukaran fungsi yang ditimbulkan oleh derivasi, misalnya adil, keadilan, pengadilan, mengadili, dan diadili dalam bahasa Indonesia;
6.      Pengelompokan-pengelompokan structural, misalnya yang berhubungan dengan frasa-frasa verbal, preposisional;
7.      Petunjuk-petunjuk urutan kata yang menyangkut fungsi dan makna;
8.      Makna kata-kata yang bergantung pada konteks atau situasi pembicaraan, misalnya: kaki meja, kaki gunung, kaki tangan musuh, tingginya seribu kaki, dan sop kak;
9.      Kata-kata salam, kata-kata sapaan, kata-kata pendahuluan, dan kata-kata yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan;
10.  Makna budaya (curtural meaning) yang terkandung atau tersirat dalam suatu pesan atau ujaran.
Pemahaman atau penguraian isi sandi suatu pesan atau aliran ujaranakan bergantung pada kebiasaan atau keakraban para pelajar dengan setiap unsur pada pendugaannya atas semua itu dalam berbagai situasi karena dia telah mendengarnya berkali-kali dalam kombinasi yang berbeda-beda dan dalam berbagai situasi yang cocok dan pantas (finocchiaro& bonomo,1973 : 106 – 7).           

BAB III
SIMPULAN

           Menyimak adalah suatu proses mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan, menilai, dan mereaksi makna. Dalam menyimak pun terdapat tahap-tahap antara lain tahap mendengar, tahap memahami, tahap menginterpretasi, tahap mengevaluasi, dan tahap menanggapi.
Ruth G. Strickland juga menyimpulkan adanya Sembilan tahap menyimak, mulai dari yang tidak berketentuan sampai yang amat bersungguh-sungguh antara lain menyimak berkala, menyimak dengan perhatian dangkal, setengah menyimak, menyimak serapan, menyimak sekali-sekali, menyimak asosiatif, menyimak dengan reaksi berkala, menyimak secara saksama, menyimak secara aktif.
Khusus mengenal bahasa, lebih-lebih bahasa asing, para mahasiswa harus menyimak serta mengenal dan memahami hal-hal antara lain bunyi-bunyi fonemis atau bunyi-bunyi distingtif, urutan-urutan bunyi, kata-kata tugas, infeksi-infeksi, perubahan-perubahan bunyi, pengelompokan-pengelompokan struktural, petunjuk-petunjuk urutan, makna kata-kata, kata-kata salam, makna budaya (cultural meaning).
Dari uraian di atas menjelaskan bahwa menyimak dalam kehidupann sehari-hari sangatlah penting karena dengan menyimak kita dapat memperoleh informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Begitu juga dalam lingkungan pendidikan, menyimak mempunyai peranan penting karena dengan menyimak mahasiswa dapat menerima dan menghargai pendapat orang lain. Tujuan utama dari menyimak itu sendiri menangkap dan memahami. Oleh sebab itu dalam pembelajaran menyimak memerlukan latihan-latihan yang intensif serta contoh kalimat yang intensif.


DAFTAR PUSTAKA


Tarigan, H.G. 2008.Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.        Bandung: Angkasa.









No comments:

Post a Comment